Pengusaha Tempe di Ciputat Bingung Tak Ada Unjuk Rasa Kenaikan Dolar AS
Diketahui, Indonesia masih tergantung terhadap produk impor untuk urusan pemenuhan kebutuhan kacang kedelai.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, PAMULANG - Ade Mulyadi, salah satu pengusaha pabrik tempe di bilangan Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku bingung belum adanya unjuk rasa kenaikan Dolar Amerika Serikat.
Keheranannya disasarkan kepada paguyuban, atau semacam asosiasi pengusaha tempe, yang menurutnya, selalu bereaksi setelah rupiah melemah dan dolar Amerika melambung.
"Biasanya sudah ramai demo ini kok enggak ada. Mungkin pemimpin-pemimpinnya lagi diomongin kali," ujarnya sambil tertawa, saat ditemui TribunJakarta.com, Kamis (6/9/2018).
Ade memang masih belum merasakan dampaknya secara langsung dari melemahnya rupiah saat ini.
Sebab, harga kedelai masih belum naik.
Namun ia memperkirakan dalam beberapa hari ke depan, harga kedelai akan naik.
Diketahui, Indonesia masih tergantung terhadap produk impor untuk urusan pemenuhan kebutuhan kacang kedelai.
• Warga Kampung Walang Jakarta Utara: Terima Penataan, Tolak Relokasi
• Fakta Kasus Zumi Zola: Saksi Bakar Catatan Aliran Uang, Perintah Harus Loyal dan Pengaruh Sang Ayah
• Babak I Persija Jakarta Vs Selangor FA: Skor Imbang 1-1
Hal itu yang membuat naiknya nilai dolar Amerika Serikat bisa berdampak langsung dengan harga tempe yang sudah seperti makanan pokok sehari-hari.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, Ade sudah memperkirakan sejumlah strategi untuk menghadapi kenaikan harga kedelai.
Ia juga akan menaikkan harga tempe produksinya, atau akan mengecilkan ukuran tempe.