Sariwangi Dinyatakan Pailit, Dukungan dari Twitter Hingga Pernyataan Unilever Tetap Akan Produksi

Masyarakat digegerkan dengan status pailit teh legendaris, Sariwangi. Dikenalkan sejak tahun 1970an, teh ini sangat hangat diingatan masyarakat.

Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
ISTIMEWA
Teh legendaris SariWangi. 

DIlansir Kompas.com, Sariwangi merupakan perusahaan teh yang berdiri sejak tahun 1962. Lengkapnya adalah PT Sariwangi Agricultural Estate Agency.

Selanjutnya bertransformasi menjadi produsen, yang meliputi proses blending serta pengemasan.

Pada masa jayanya, Sariwangi adalah perusahaan yang cukup kompetitif. Produk-produk yang dihasilkan juga inovatif.

Bahkan, salah satu produk yang dihasilkan menjadi "pelopor revolusi" kebiasaan minum teh masyarakat Indonesia: teh celup Sariwangi.

Mengutip sejumlah referensi, Sariwangi mulai memperkenalkan produk teh dalam kantong pada tahun 1970an.

Menggunakan nama perusahaan sendiri, saat diluncurkan, produk teh ini kemudian diberi merek Teh Celup Sariwangi. Teh Celup Sariwangi sukses di pasaran.

 Minum Es Teh Terlalu Banyak Bisa Menyebabkan Stroke dan 4 Penyakit Lainnya, Ini Penjelasannya

 Penasaran Nikmati Teh dari Kulit Biji Kopi? Yuk Cobain

Kesuksesan inilah yang menggoda Unilever untuk mengakuisisi produk dan brand Teh Celup Sariwangi pada 1989.

Setelah produk Teh Celup Sariwangi diakuisisi, PT Sariwangi tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi, dan pengemasan teh.

Sariwangi masih menjual produk teh dengan merek SariWangi Teh Asli, SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection, SariMurni Teh Kantong Bundar.

Selain itu, perusahaan ini juga menjadi penyuplai teh dalam kantong dengan produksi mencapai 8 juta kantong per tahun.

Ambruknya Sariwangi

Namun sejak tahun 2015, PT Sariwangi  Agricultural Estate Agency bersama perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung didera kesulitan.

Salah satu penyebab dua perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan adalah gagalnya investasi untuk meningkatkan produksi perkebunan.

Perusahaan ini mengembangkan sistem drainase atau teknologi penyiraman air dan telah mengeluarkan uang secara besar-besaran.

Namun hasil yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Pembayaran cicilan utang tersendat, membuat sejumlah kreditur mengajukan tagihan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved