Kembali Dapat Surat Cinta, Zaadit Taqwa Diajari Cara Mencari Informasi Soal Gizi Buruk di Asmat

Setelah dokter dan guru di Papua, Zaadit Taqwa kembali mendapat surat cinta dari mahasiswa di Jepang dan isinya tajam.

Editor: Y Gustaman
Capture Live Streaming Trans7
Zaadit Taqwa memakain jaket kuning Fakultas MIPA dalam acara live Mata Najwa di Trans7 pada Rabu (8/2/2018) malam. 

Laporan Wartawan TribunStyle.com, Irsan Yamananda

TRIBUNJAKARTA.COM, SOLO - Setelah dokter dan guru di Papua, Zaadit Taqwa kembali mendapat surat cinta dari mahasiswa di Jepang dan isinya tajam. 

Publik beberapa hari terakhir membincang Zaadit Taqwa, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas indonesia, yang mengkartu kuning Presiden Joko Widodo.

Nama Zaadit harum di dunia nyata dan dunia unggah-ungguh semisal Facebook, Twitter dan media daring. 

Siapa yang tak tahu Zaadit, mahasiswa MIPA UI ini meniup peluit dan mengarkut kuning Presiden Jokowi saat menghadiri Dies Natalis ke-68 UI di Balairung UI, Depok, Jumat (2/2/2018).

Baca: Soal Kartu Kuning Jokowi Warganet Puji Pandangan Presiden Mahasiswa UGM, Bagaimana Zaadit?

Baca: Cara Licik Fredrich Yunadi Selamatkan Setya Novanto dari Penyidik KPK Terbongkar

Baca: Luka Segede Bakpao Setya Novanto Masuk di Dakwaan Fredrich Yunadi

Baca: Setya Novanto Cengengesan Tanggapi This is My War SBY

Cara Zaadit mengkritik Presiden Jokowi di depan hidungnya, dan mata rektor, dosen dan civitas akademika UI terekam kamera dan beredar luas sehingga viral di media sosial.

Gaya Zaadit itu menarik perhatian seorang dokter dan guru yang bertugas di wilayah Asmat, Papua, dr Yafer Yanri Sirumpang dan Sigit Arifian.

Keduanya pun memberikan surat terbuka padanya.

Giliran mantan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) bernama Endro Rianto yang mengeluarkan pendapatnya.

Melalui akun Facebook @EndroKakachui, mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan ini mengomentari keputusan Zaadit.

Berikut ini isi surat terbuka Endro untuk Zaadit.

Kalimat-kalimatnya sih bernada halus, tapi perhatikan substansinya ....

"Kartu kuning untuk Jokowi

President BEM UI mengatakan bahwa belum pernah ke suku asmat, tetapi dengan melihat berita yang ada di media kita bisa tahu segimana penderitaan masyarakat Papua.

duh dek, media mana yang adek baca? sudah diklarifikasi kebenarannya belum?

oke mari kita bantu untuk cari solusi jika memang tujuannya adalah membantu suku asmat.

1. klarifikasi apakah berita itu benar atau tidak? kalau adek belum bisa ke sana, adek kan presiden BEM.

setahu saya presiden seluruh BEM indonesia pasti ada forumnya, jadi cara klarifikasinya adek kontek aja presiden BEM paling dekat dengan suku asmat, Presiden BEM universitas Cendrawasih Contohnya.

atau justru ada dari mahasiswa di universitas Cendrawasih itu dekat dari suku asmat malah sangat membantu. pokoknya cari sumbernya yang terpercaya. Tabayun.

2. Jika benar adanya rakyat suku asmat masih menderita, trus apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang mahasiswa.

OK pertama berorasi agar pemerintah cepat menyelesaikan masalah, apakah ada solusi yang ditawarkan?

nah kalau belum, diskusikan sebelum berorasi, jadi memberi kritikan dengan solusi.

contohnya : karena di sana belum banyak puskesmas jadi tingkat kesehatan rendah, kami meminta bantu pemerintah untuk membuatkan puskesmas atau menambah armada kesehatan ke sana karena jumlah tenaga dengan jumlah penduduk yang sakit tidak seimbang, - tentu bawa data bukan hanya omogngan.... dan solusi-solusi lainnya.

3. kalau sudah orasi dan punya solusi tapi tidak digubris pemerintah, kan BEM punya ikatan seluruh mahasiswa yang seindonesia tadi, buat kegiatan bhakti di sana, kumpulin dan musywarahkan dengan BEM seluruh Indonesia. tapi kan uangnya gk ada, trus waktunya juga untuk kuliah?

oke saya tahun 2013 mengikuti kegiatan pramuka perguruan tinggi se-Indonesia, kita hidup bareng bahkan mandi di sungai bersama masyarakat dan itu biaya nya dapat dari DIKTI waktu itu.

masak jaman now gak ada biaya untuk kegiatan sekelas BEM dari Dikti. kalau memang tidak ada mungkin karena kegiatannya justru kurang menarik.

kalau masalah waktu, meninggalkan kuliah seminggu katakanlah pas libur semester bukannya lebih abdol, trus caranya bagaimana panitianya bagaiamana ngaturnya? itu lah tempat kita belajar.

4. Adek dan Pak Jokowi kan sama-sama seorang presiden.

Pertanyaannya seberapa banyak yang sudah adek sumbangkan ke Indonesia dibanding Pak Jokowi?

saya bukan berarti membela pemerintah, tapi kalau melihat adek memberi kritik tanpa ada solusi, apalagi tak mengerti kondisi di sana itu justru merepotkan diri.

Bagusan mana mengkritik tanpa henti atau memberi solusi tanpa henti.

tentunya sambil memberdoa buat kemajuan negeri.

Jadi aktivis itu perlu, tapi jadi mahasiswa solutif itu lebih bermutu.

salam Mahasiwa, dari mantan mahasiswa.

Jepang, 8 Feb 2018,"

Surat untuk Zaadit Taqwa dari Jepang
Surat untuk Zaadit Taqwa dari Jepang 

Sayangnya, sekarang postingan tersebut sudah tidak ada di wall Endro Kakachui.

Kendati demikian, unggahan itu sempat viral dan jadi perbincangan warganet. 

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved