5 Fakta Suliono yang Menyerang Gereja di Sleman: Orangtua Histeris dan Ingin Menikahi Bidadari
Pascakejadian polisi langsung mengamankan pelaku, termasuk menyita senjata tajam yang digunakan.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
4. Kesaksian Tetangga soal Suliono

Dikutip Kompas.com, Mubarok (58), tetangga Suliono yang juga mantan Kepala Desa Kandangan, Minggu (11/2/2018), mengatakan kenal baik dengan keluarga Suliono, bahkan sejak Suliono masih anak-anak.
"Dia rajin beribadah sejak kecil dan sering saya minta untuk mengaji saat ada acara pengajian karena suaranya saat baca Al Quran bagus sekali. Anaknya juga sangat cerdas," ujar Mubarok.
Saat lulus SMP, menurut Mubarok, Suliono pernah mondok selama enam bulan di Pondok Pesantren Ibnu Sina Genteng Banyuwangi milik KH Maskur Ali, Ketua PCNU Banyuwangi.
Namun, Suliono keluar karena mengaku tidak sepaham dengan ilmu yang diajarkan di pondok pesantren tersebut.
"Saat itu dia keluar dan pindah ke Witabonda Morowali, tinggal dengan kakaknya. Namun, karena alasan tidak sepaham dengan kakaknya, dia pindah lagi ke Palu. Saya tahu karena kakaknya selalu berkomunikasi dengan saya dan Suliono juga pernah langsung bilang ke saya kalau enggak sepaham pemikirannya dengan apa yang saya yakini," jelas lelaki yang tinggal sekitar 200 meter dari rumah keluarga Suliono itu.
Diberitakan sebelumnya, seorang pria melakukan penyerangan dengan senjata tajam saat ibadah misa di Gereja Santa Lidwina Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2/2018) pagi.
Akibatnya, tiga umat, satu orang romo, dan satu anggota polisi mengalami luka akibat sabetan pedang.
5. Orangtua Suliono Histeris saat Polisi Geledah rumah
Edi Susiyah (54), ibu kandung Suliono, pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina, mengaku histeris saat pihak polisi memeriksa kamar anaknya, Minggu (11/2/2018) malam.
Bahkan, ibu empat anak tersebut membanting badannya ke lantai rumahnya dan berteriak, serta mengusir petugas kepolisian dan warga sekitar yang berdatangan ke kediamannya, di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
"Ojo dibongkar-bongkar. Ra ono klambi anakku nang kene. Anakku ditangkap polisi, saiki nang rumah sakit. Metuo... metuo kabeh. Preman-preman kabeh iki. Aku iki wong bodoh, ojo diganggu (Jangan dibongkar. Tidak ada baju anakku di sini. Anakku ditangkap polisi, sekarang di rumah sakit. Preman-preman semua. Aku ini orang bodoh. Jangan diganggu)," teriak Edi Susiyah.
Sebelum memeriksa kamar pribadi Suliono, pihak kepolisian sempat memeriksa keluarga Suliono di rumahnya, termasuk Solikin, adik kandung Suliono yang saat ini masih kuliah di Banyuwangi.
Menurut Solikin, dia jarang berkomunikasi dengan kakak kandungnya karena selain kakaknya jarang pulang, dia sendiri mondok di Pondok Pesantren Ibnu Sina.
"Kami tidak pernah diskusi paham apa pun. Jika bertemu, paling ya cuma ngajak shalat berjemaah di mushala. Jarang berkomunikasi," kata Solikin di hadapan petugas kepolisian. (Tribunnews.com/Surya/Tribun Jogja/Kompas.com)