Kisah Andi Setia Berjualan Buku Bekas Selama 28 Tahun Meski Jarang Pembeli
Andi terlihat sedang memperbaiki alat bor yang barusan saja diambil dari belakang lapaknya.
Penulis: Novian Ardiansyah | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Novian Ardiansyah
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBORA - Usai menunaikan ibadah salat zuhur, Andi terlihat keluar dari masjid menuju lapak dagangannya.
Lapaknya berada persis di depan Masjid Jami Atthoyyibat, Jalan Kalianyar IV, Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat.
Ukurannya sekitar 1.5 x 1 meter.
Berbentuk seperti gerobak dengan tinggi kurang lebih 2 meter.
Baca: 4 Fakta Sopir Taksi Online Tewas di Gunung Bunder: Kronologi, Luka Lebam Sampai Terduga Pelaku
Andi terlihat sedang memperbaiki alat bor yang barusan saja diambil dari belakang lapaknya.
"Betulin bor, enggak, gak mau ngebor, lagi dibetulin saja ini," ujar pria kelahiran tahun 1950 itu.
Di dalam gerobak dagangannya, tampak tumpukan buku-buku yang kebanyakan kertasnya sudah tak putih lagi.
Ada buku pelajaran, semisal buku paket dan buku pembahasan soal-soal untuk ujian nasional.
Selain itu ada pula buku-buku anak, kisah Si Kancil dan aneka cerita dongeng lainnya.
Ada juga Juz Amma, kisah-kisah cerita tentang budi pekerti, hingga novel dan buku-buku yang umum beredar.
"Semuanya buku bekas, yang itu Rp 2 ribu, kalau yang itu Rp 5 ribu," ujar Andi saat TribunJakarta.com menanyakan harga dari beberapa buku.
Harga yang ditawarkan memang sangat murah.
Baca: Berkaca Kasus Kakek Cabul, Polisi Imbau Orangtua Jaga Anaknya yang Sering Main di Rental PlayStation
Andi mengatakan, harga buku yang ia patok berkisar antara Rp 2 ribu sampai Rp Rp 5 ribu.
"Jualnya paling dua ribu-lima ribu, tapi tergantung juga sama kondisi bukunya. Kalau buku-buku yang masih bagus seperti itu bisa beda lagi harganya," ujar Andi sambil menunjukan tumpukan buku paling atas yang dibungkus tas totebag.

Andi sendiri sudah sejak 1990 menjajakan buku-buku bekas.
"Sudah dari umur 40 tahun jual buku, jualnya di sini juga dari dulu di sini saja," ujar Andi.
Andi mengatakan, awal mulanya berdagang buku saat dirinya keluar dari pekerjaan sebelumnya.
"Sebelum jualan saya dulu kerja di supermarket di Glodok, cuma karena umur saya sudah 40 tahun saya pilih keluar," kata Andi.
Dirinya saat itu sengaja memilih berhenti dari pekerjaanya.
Menurutnya, pekerjaannya itu kerap menyita waktu sehingga ia jarang berada di rumah dan meluangkan waktu untuk beribadah.
"Pulang sampai pukul 12 malam, pergi pagi. Jarang di rumah, dan yang utama sebenarnya karena umur saya sudah menginjak 40 tahun waktu itu. Jadi saya pilih berhenti juga karena mau ada waktu lebih dekat untuk ibadah," kata Andi.
Andi sendiri saat ini tidak hanya sekedar berdagang buku di depan Masjid Jami Atthoyyibat, ia juga kerap membantu mengurusi masjid dengan menjadi marbot.
"Kalau di sini urus masjid sudah lama sejak tahun 1974 karena rumah saya dulunya di sini. Tapi kalau untuk fokusnya tahun 2002, wajtu '74 itu saya cuma bantu saja enggak terlibat seperti sekarang," jelas Andi sambil menunjuk ke tembok salah satu rumah di depan Masjid Jami Atthoyyibat.
Dahulu ternyata Andi tinggal di rumah yang berada di depan masjid, namun saat ini ia tinggal di Tangerang.
"Rumah dulu di sini tapi tahun 1993 dijual karena itu warisan, untuk dibagi sama yang lain," kata Andi.
Ia pun mengatakan, setiap harinya ia pergi-pulang ke Tangerang menggunakan kereta.
"Setiap harinya pulang, kecuali malam Jumat dan malam Sabtu karena pengajian dan lainny di masjid yang jadi tanggung jawab saya juga," ucap Andi.
Ia pun bercertia tentang perbedaan saat berjualan pada masa dahulu dengan sekarang.
"Dulu itu masih ramai, buku pelajarankan kan dipakai terus sama. Kalau sekarang setiap tahun ganti. Kalau dulu lima tahun sekali ganti," kata Andi.
Ia pun mengaku, pada saat dulu ia bisa meraup untung banyak setiap harinya.
"Kalau dulu itu sehari bisa Rp 500 ribu, itu pakai hitungan uang zaman dulu bisa segitu. Tapi kalau sekarang Rp 50 ribu juga enggak sampai. Ramainya paling kalau tahun ajaran baru," ucap Andi.
Andi mengatakan, meski penghasilannya dari berdagang buku bekas tidak menentu, tapi ia tetap merasa tenang.
"Kalau jual ini kan rezekinya milik-milikan. Tapi enaknya di sini juga urus masjid, jadi tenang bisa lebih dekat ibadahnya," kata Andi.
Penghasilan Andi sendiri dari mengurus masjid sebanyak Rp 500 ribu per bulan.
"Dari masjid itu Rp 500 ribu. Tapi kan bukan itu yang kita cari. Yang penting kita ikhlas urus masjid," ucap Andi.