Sederet Fakta Menarik Tentang Masjid Luar Batang

TribunJakarta.com telah merangkum sederet fakta tentang Masjid Luar Batang yang sayang untuk dilewatkan.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ilusi Insiroh
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Masjid Luar Batang. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, PENJARINGAN - Satu di antara masjid bersejarah di Jakarta yang berdiri sejak abad ke-18 adalah Masjid Luar Batang.

Masjid yang berlokasi di alan Luar Batang V No.12, RT 06/RW 03, Penjaringan, Jakarta Utara ini merupakan satu di antara 12 destinasi wisata pesisir yang juga menjadi sebuah awal peradaban Muslim di Jakarta Utara.

TribunJakarta.com telah merangkum sederet fakta tentang Masjid Luar Batang yang sayang untuk dilewatkan.

Baca: Urien Kelinci Buat Penghasilan Petani di Daerah Ini Tumbuh Pesat

1. Sejarah Masjid Luar Batang

Dulunya, Masjid Luar Batang adalah surau milik Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus, ulama besar asal Yaman yang pada abad ke-18 menyebarkan ajaran agama Islam di sekitar Jakarta.

Surau yang dibangun Habib Husein memiliki 12 tiang, yang kemudian menjadi cikal bakal Masjid Luar Batang.

Sekretaris Masjid Luar Batang, Sulaiman Syah (47), atau lebih akrab disapa Herman, menjelaskan surau tersebut mulai dibangun menjadi masjid sejak 1950.

"Kalau cikal bakal masjid, dulunya itu ada 12 tiang, dulunya dibilang surau. Kayak musala," kata Herman saat berbincang bersama TribunJakarta.com, Rabu (16/5/2018).

Jika Anda masuk dari Jalan Gedong Panjang, di sebelah kiri jalan akan melihat gapura masuk menuju kompleks Masjid Luar Batang.

Gapura tersebut menjadi penanda awal pembangunan besar-besaran Masjid Luar Batang sejak 1950 yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono ke-IX.

Menurut Herman, gapura pertama dibangun pada 1920 dan ada perubahan pada 1950, bertepatan dengan pembangunan masjid.

Habib Husein mendapatkan tanah untuk membangun suraunya dari pemerintah Hindia-Belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu.

"Kalau masjid awal beliau mendapatkan tanah dari Gubernur Jenderal Williams," jelas Herman.

Baca: Hari Kedua Puasa, Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Hadiri Grand Launching Kampung Ramadan

2. Makam Habib Husein dan Abdul Kadir

Habib Husein wafat pada 24 Juni 1756 dan dimakamkan di dalam masjid yang hingga sekarang ini masih rutin dikunjungi peziarah.

"Kalau awal masjid ini kan dibangun oleh almarhum Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus yang makamnya ada di dalam. Beliau wafat pada tahun 1756," kata Herman.

Di masjid ini terdapat dua buah makam yang dibalut kain berwarna hijau tempat para peziarah mengirimkan doa.

Satu makam yang lebih besar adalah makam Habib Husein, dan satu makam lagi milik muridnya Abdul Kadir.

Abdul Kadir merupakan seorang Tionghoa bernama asli Ne Bok Seng yang sempat diselamatkan Habib Husein dari tragedi pembantaian etnis Tionghoa pada abad ke-18 di sekitar wilayah Luar Batang.

Karena diselamatkan dari pembantaian, Ne Bok Seng akhirnya memutuskan untuk mengikut Habib Husein menjadi seorang Muslim dan mengganti namanya menjadi Abdul Kadir.

Baca: Wali Kota Jakarta Barat akan Hadiri Peresmian Kampung Ramadan Bazis di Season City Mall

3. Asal Usul Nama Luar Batang

Ada dua versi tentang asal usul nama Masjid Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara.

Yang pertama berasal dari lokasi kompleks Masjid Luar Batang dulunya sangat dekat dengan laut.

Untuk menghalangi ombak dan air laut menggenangi sampai ke daerah tersebut, penduduk yang tinggal di Kampung Luar Batang memanfaatkan batang kelapa.

"Kalau sekarang kan pakai dam, kalau zaman dahulu mereka menghalangi laut itu dengan batang kelapa. Maka disebut luar batang, di luar batang kelapa," cerita Herman.

Sedangkan untuk asal usul nama Masjid Luar Batang versi kedua terdengar cukup luar biasa.

Pasalnya, pengertian yang satu ini dikaitkan dengan kematian Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah Alaydrus yang makamnya terletak di dalam Masjid Luar Batang saat ini.

Habib Husein wafat pada 14 Juni 1756 dan dimakamkan di makam yang terletak di dalam Masjid Luar Batang.

Konon, makam tersebut dibangun di bekas kamarnya sendiri.

"Jadi yang makamnya sekarang itu dulunya adalah kamar beliau," kata Herman.

Saat jasad Habib Husein hendak dikebumikan di sebuah pemakaman dengan menggunakan kurung batang, para warga yang membawa jasadnya kaget lantaran jasadnya tidak ada ketika kurung batang dibuka.

"Kata Kampung Luar Batang itu diartikan bahwa pada saat Habib Husein itu mau dikebumikan, itu kan jasadnya dibawa pakai kurung batang. Pas dibuka ternyata jasadnya tidak ada di kurung batang. Pas dicek masih ada di kamarnya. Akhirnya sampai begitu tiga kali," kata Herman.

Setelah tiga kali ditemukan hilang dari kurung batang, akhirnya para warga yang membawa jasadnya menyimpulkan bahwa Habib Husein berkeinginan dimakamkan di kamarnya sendiri.

"Akhirnya diputuskan bahwa beliau maunya dimakamkan di kamarnya. Dan dibikinkan lah makam," imbuh Herman.

"Maka dinamakannya Kampung Luar Batang, di luar kurung batang," tandasnya.

Baca: Berurai Air Mata, Tri Rismaharini Saya Ingin Melindungi Anak-anak

4. Interior Masjid Yang Dipertahankan

Di usianya yang sudah lebih dari dua abad, sebagian besar bangunan Masjid Luar Batang sudah mengalami renovasi ataupun perubahan bangunan.

Namun, masih ada dua bagian dari masjid yang bisa menampung lima ribu orang tersebut yang dipertahankan hingga saat ini.

Dua bagian yang masih dipertahankan hingga sekarang yakni makam Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus dan makam Abdul Kadir, serta 12 tiang atau pilar yang menjadi cikal bakal masjid tersebut.

"Yang aslinya masih ada paling di depan makam itu yang kayu-kayu jatinya itu. Makamnya juga di bagian dalam. Ada juga di dalam masjid itu 12 tiang," kata Herman.

Dijelaskan Herman, perawatan rutin terhadap dua makam tersebut dilakukan setiap sekali setahun dengan membersihkan makam dan mengganti kelambi hijau yang menutup dua makam tersebut.

"Dirawat dibersihkan setiap hari. Kelambinya diganti setiap tahun. Biasanya diganti pas menjelang Maulid," kata Herman.

Sedangkan untuk 12 tiang, pengurus masjid ditugaskan untuk melakukan pengecatan kembali di waktu-waktu tertentu.

"Kita di sini kan ada marbot ya setiap setahun sekali kita bersihkan. Atau menjelang puasa kita bersihkan. Kayak tiangnya itu juga kita tetap masih kita cat. Pengecatan ulang," ujarnya.

Adapun material makam, langit-langit yang berbahan kayu jati, serta tiang masih menggunakan material aslinya.

"Ini semuanya bahan lokal. Dari Indonesia semuanya," kata Herman.

Baca: Ariel Tatum Merasa Terbebani Syuting dengan Indy Barends dan Sophia Latjuba dan 4 Aktris Lainnya

5. Pejabat Besar Indonesia Kerap Kunjungi Masjid Luar Batang

Keberadaan makam ulama besar asal Yaman, Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah Alaydrus di Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, menjadi destinasi ziarah bagi umat Muslim.

Pengunjung malahan kebanyakan berasal dari luar Jakarta atau luar Pulau Jawa. Selain pengunjung dari luar Pulau Jawa, Herman mengungkapkan Masjid Luar Batang sering dikunjungi pejabat-pejabat Indonesia.

"Yang pertama zaman Presiden Soeharto itu Wakil Presiden Adam Malik. Terusnya yang kedua Gus Dur pernah tarawih di sini. Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah ke sini," ungkap Herman.

"Terusnya pejabat-pejabat yang lainnya banyak yang datang ke sini kayak dulu Kapolri Timur Pradopo, terusnya menteri-menteri juga sering datang ke sini kayak Muhaimin Iskandar, Yusril Ihza Mahendra," sambung dia.

Bahkan, seorang mantan perdana menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi juga pernah datang ke masjid yang sejarahnya sudah bermula sejak abad ke-18 ini.

Para pejabat yang disebutkan Herman berkunjung ke Masjid Luar Batang untuk berziarah dan salat di sana.

Baca: Baik Atau Tidak Buah yang Kamu Konsumsi Saat Puasa? Simak Penjelsannya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved