Istana Cendana Setelah 20 tahun Soeharto Lengser, Kini Hanya Kantor, Tak Ada Keluarga yang Tinggal
Seorang petugas mengatakan saat ini rumah hanya dipakai sebagai kantor, tidak ada keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
Perawatan dan pengelolaan rumah tersebut ditangani oleh putri bungsu Soeharto, yakni Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek Soeharto. Namun sumber meminta agar informasi tersebut dikonfirmasi langsung ke keluarga Cendana.
Baca: Bukan Karena Rem Blong, Penyebab Kecelakaan Maut di Brebes Karena Truk Kelebihan Muatan 18,8 Ton
Anak keempat Soeharto, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto sempat menyatakan keluarga berencana menjadikan rumah tersebut sebagai museum dan diharapkan bisa segera direalisasikan. Kelak masyarakat Indonesia bisa mengetahui kehidupan sehari-hari Soeharto dengan masuk ke rumah tersebut.
"Mudah-mudahan secepatnya biar masyarakat bisa lihat," kata Titiek.
Mengutip kompas.com, tepat pada 20 Mei 1998 malam, Soeharto membaca surat pernyataan sikap dari 14 menterinya yang membuatnya terpukul dan makin galau. Belasan pembantunya itu menyatakan menolak bergabung dalam kabinet baru hasil reshuffle atau Komite Reformasi. Bahkan, mereka secara implisit meminta Soeharto untuk mundur.
Dia merasa ide Komite Reformasi akan gagal. Soeharto tidak punya pilihan selain mundur. Soeharto kemudian memanggil Wapres BJ Habibie untuk menginformasikan kemungkinan tersebut. Habibie diminta siap jika kekuasaan kepresidenan diserahkan Soeharto kepadanya.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang.
"Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana bimbang ini baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan Presiden," ujarnya. (Tribun Network/git/coz)