Melihat Persinggahan dan Masjid para Saudagar Yaman yang Masih Bertahan di Pekojan
"Di bangunan bawah ini tempat buat singgah sementara kolega-kolega dagang yang dari kulon, dari Tangerang dan Banten," kata Ahmad.
Penulis: Novian Ardiansyah | Editor: Ilusi Insiroh
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Novian Ardiansyah
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBORA - Bangunan Masjid Langgar Tinggi masih berdiri kokoh dengan dua pintu utama yang dimiliki.
Pertama pintu yang mengahadap ke daratan di Jalan Pekojan Raya, Tambora, Jakarta Barat.
Kedua ialah pintu yang menghadap ke Kali Angke, yang berada sisi kiri Masjid Langgar Tinggi.
Baca: Hindari Antrean Panjang Pembelian Tiket, Pemudik Pilih Berangkat Pagi Hari
Ahmad Assegaf pengurus Masjid Langgar Tinggi mengatakan, dua pintu tersebut sudah ada sejak dibangunnya Masjid Langgar Tinggi pada 1249 H/1829 M.
Satu di antara pintu sengaja dibuat menghadap ke Kali Angke lantaran pada masa itu arus lalu lalang para saudagar Yaman masih ramai.
Dengan luas lebar dan air yang belum sekotor sekarang, Kali Angke menjadi sebuah jalur transportasi primadona bagi kapal-kapal maupun perahu para saudagar Muslim untuk melintas.
"Dulu di Kali Angke lebih sering dipakai transportasi dengan perahu pakai getek oleh pedagang, sehingga itu dibuatkan pintu yang mengahadap ke Kali Angke karena para saudagar parkirnya di Kali Angke ini," kata Ahmad, Selasa (12/6/2018).
Baca: Curhat Nelayan Pantura dari Minimnya Tangkapan Ikan Hingga Bersyukur dengan Adanya Tol
Adanya pintu itu, tak lain agar memudahkan akses masuk bagi para saudagar yang akan menepi dan singgah di Masjid Langgar Tinggi.
Ahmad mengatakan, bangunan Masjid yang terdiri atas dua lantai ini diperuntukan untuk fungsi yang berbeda.
Lantai atas sebagai sebuah tempat ibadah sedangkan lantai dasarnya sebagai tempat singgah sementara para saudagar yang datang.
"Di bangunan bawah ini tempat buat singgah sementara kolega-kolega dagang yang dari kulon, dari Tangerang dan Banten," kata Ahmad.
"Orang-orang dulu memikirkan juga para kolega dagangnya para saudagar yang jauh, mereka pikirkan tempat singgahnya, karena itu Masjid ini terdiri dari dua lantai," tambahnya.
Baca: H-3 Lebaran, Pemudik Sudah Padati Terminal Pulo Gebang Sejak Pagi
Ahmad mengatakan, awal berdirinya Masjid Langgar Tinggi ini merupakan hasil dari para saudagar Islam dari Yaman yang memberikan hartanya untuk membangun Masjid.
"Beridirinya Masjid Langgar Tinggi ini dulu adalah dari para pedagang-padagang Islam, mereka sambil berdagang sambik berdakwah. Hasil dari dagangan mereka dipakai untuk dakwah, salah satunya dengan pendirian Masjid ini," ujar Ahmad.
Sejak awal berdiri hingga saat ini, kondisi Masjid Langgar Tinggi pun tidak banyak perubahan.
Kondisinya memang sengaja dibuat masih menyerupai seperti apa adanya dahulu.
"Alhamdulillah sampai sekarang ini Langgar Tinggi dengan keberkahannya, Allah kasih keistimewaan sehingga sampai saat ini belum ada kerusakan-kerusakan yang parah," kata Ahmad.
Baca: Docang, Makanan Sehat Peninggalan Para Wali
Peninggalan-peninggalan yang tersisa pada Masjid Langgar Tinggi ini pun selalu dirawat secara rutin oleh para pengurus.
Satu diantaranya ialah, lantai Masjid yang terbentuk atas susunan kayu jati yang masih asli keberadannya.
"Yang masih bertahan salah satunya kayu jati yang jadi lantai Masjid. Dan setiap enam tahun sekali kayu ini disuntik anti rayap untuk mempertahankan keasliannya," kata Ahmad.
Untuk gaya arsitektural bangunan Masjid, dikatakan Ahmad merupakan perpaduan antara tiga budaya.
Yaitu budaya Moor Arab, Cina, dan Portugis atau Eropa.
Baca: Antisipasi Tiket Palsu, Inasgoc Gunakan Sistem E-Voucher QR Code Sebelum Ditukar Wristband Ticket
Ahmad mengatakan, untuk gaya ala Eropanya bisa dilihat dari tiang-tiang pancang yang berbentuk besar seperti banyak yang ditemui pada bangunan-bangunan di kawasan Kota Tua.
Sedangkan, untuk peninggalan bergaya budaya Cina dan Moor Arab bisa terlihat dari bentuk-bentuk ukiran pada kusennya.
"Yang bentuk-bentuk elips itu bentuk dari Moor Arab, sedangkan dari budaya Cinanya ini dilihar dari kusen-kusen pintu yang terdapat ukiran khas Cina," ujarnya.
Ahmad pun berharap adanya campur tangan dari pemerintah setempat maupun provinsi dalam.merawat dan melestarikan keberadaan Masjid Langgar Tinggi.
Ia menambahkan, jika pun ada bantuan berupa perbaikan, dirinya tak mau sampai merenovasi yang dapat mengubah bentuk Masjid yang sudah ada.
"Harus sesuai sama aslinya dan berfungsi, supaya jangan sampai merusak. Kita harus pertahanin apa yang ada," tutur Ahmad.
Baca: Samanhudi dan Syahri Ditahan di Sel, Pihak Keluarga Rindu Sosok Wali Kota Blitar
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/masjid-langgar-tinggi_20180612_074756.jpg)