7 Fakta Asih Tewas Usai Lompat dari Mikrolet: Kronologi, Kesaksian Sopir dan Sosok Korban
Effendi menambahkan, saat dirogoh oleh pelaku, penumpang lainnya di mikrolet tersebut sempat melakukan perlawanan.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
6. Sosok Asih Dikenal Pekerja Keras dan Tulang Punggung Keluarga

Sosok almarhum Asih Sukarsih (31), wanita yang tewas usai melompat dari mikrolet, merupakan seorang ibu pekerja keras dan tulang punggung bagi kedua orang anaknya.
Ditemui TribunJakarta.com Minggu (24/6/2018) siang, kakak sepupu Asih, Sri Wahyuni (33) menceritakan secara singkat sosok adik sepupunya itu.
Sri melihat bukti kerja keras Asih terlihat dari tren bekerja ibu dua anak itu yang sering mengambil lembur demi mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sebelum menutup usia Sabtu (23/6/2018) lalu, Asih bekerja sebagai karyawan SPBU Artha Gading selama lebih kurang empat tahun sejak 2014.
Putri ketiga dari lima bersaudara itu bekerja sebagai karyawan SPBU dikarenakan ia harus memenuhi kebutuhan dua buah hatinya lantaran suami Asih meninggal sejak empat tahun silam.
Sebelum suaminya meninggal, Asih juga sempat bekerja sebagai tukang cuci.
"Dia sudah kurang lebih empat tahun ya kerja di situ, pas setelah lakinya meninggal," kata Sri di kediamannya, Jalan Rawabinangun VIII, Koja, Jakarta Utara.
Selain pekerja keras, Sri juga mengenal Asih sebagai seorang yang pendiam. Asih juga adalah seorang yang tidak neko-neko dalam berkelakuan.
"Kesehariannya pendiam, orangnya nggak neko-neko. Dia kan tulang punggung keluarganya," kata Sri.
Sri menambahkan, nasib kedua buah hati Asih hingga kini belum jelas lantaran dua anak laki-laki itu kini sudah tak memiliki orang tua.
Yang pasti, sejak dua bulan lalu dua anak laki-laki Asih sudah dimasukkan ke pesantren. Hal itu dilakukan untuk menekan biaya sekolah mereka berdua, karena menyekolahkan dua anak yatim piatu tersebut di pesantren tidak memerlukan biaya sepeserpun.
"Pesantren juga kan lumayan nggak ada bayaran atau apa karena anak yatim," kata Sri.
Sabtu kemarin, jenazah Asih dibawa ke kampung halamannya di Subang, Jawa Barat untuk dikubur di sana.
Dua anak laki-laki Asih, dua saudara kandungnya yang tinggal di Jakarta, serta kerabatnya yang lain juga turut serta mengantarkan Asih ke peristirahatan terakhirnya Sabtu kemarin.
7. Asih Ternyata Jarang Berangkat Kerja Naik Angkot

Bekerja sebagai karyawan SPBU di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara, ternyata almarhum Asih Sukarsih (31) sehari-harinya jarang berangkat kerja menggunakan angkutan umum.
Sabtu (23/6/2018) lalu, Asih tewas setelah dirinya nekat melompat dari Mikrolet 30 A. Ia terjatuh dan kepalanya terantuk aspal di jalur TransJakarta depan Pintu 3 Pertamina, Jalan Yos Sudarso, Koja, Jakarta Utara.
Ia melompat lantaran takut saat melihat aksi terduga pelaku pencopetan di dalam mikrolet tersebut.
Kakak sepupu Asih, Sri Wahyuni (33) mengatakan, Asih yang tinggal di daerah Rawabadak Selatan sehari-harinya berangkat kerja dengan diantar oleh adiknya menggunakan sepeda motor.
Adik Asih bekerja tak jauh dari SPBU tempat Asih mencari nafkah, sehingga rutinitas antar jemput kerap kali dilakukan adiknya.
Asih juga terkadang mengendarai motor sendiri untuk berangkat ke tempat kerjanya.
Sri mengatakan, beberapa hari ini Asih berangkat kerja menggunakan angkutan umum.
Hal itu lantaran waktu kerja Asih dan adiknya akhir-akhir ini sering bentrok.
"Biasanya dianterin sama adiknya, tapi mungkin karena waktunya bentrok jadi beberapa hari ini selalu naik angkot," kata Sri kepada TribunJakarta.com, Minggu (24/6/2018).
Asih bekerja sebagai karyawan SPBU sejak sekira empat tahun ini, setelah suaminya meninggal dunia.
Pendapatan dari pekerjaannya sebagai karyawan SPBU ini, menurut Sri, digunakan untuk mencukupi kebutuhan dua anak laki-lakinya. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)