Kontroversi The Power of Emak-emak: Dukungan Sudjiwo Tedjo Sampai Komentar Menohok Ferdinand
Kritikan Ketua Kowani soal istilah emak-emak tuai kontroversi. Ferdinand Hutahaean beri komentar pedas.
Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Muhammad Zulfikar
Dlm konteks melodi dan ritme lagu tersebut bunyi kata “Emak” ndak pas," tulis Sudjiwo Tedjo dalam akun Twitternya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar mengatakan, istilah emak-emak merupakan cermin dari kekayaan khazanah.
"Saya panggil Ibu saya dikampung Emak, omak.
Itu cermin kekayaan khazanah budaya negeri.
Lantas panggilan itu merendahkan? Karena watak feodalisme kalian lah kemudian menempatkan kata emak-emak rendah.
Ngomong Pancasila dan keberagaman tp justru menistakan keberagaman itu sendiri," cuit Dahnil Anzar.

Lain halnya dengan apa yang disampaikan Ferdinand Hutahaean.
Menurut politikus Demokrat itu, banyak yang lebih suka disebut emak-emak.
"Urusan apa dia soal panggilan Emak? Lah banyak yg suka disebut emak2 lu mau apa? Lu mau sok beradap? Sok strata tinggi? Sok kelas sosial tinggi? Sok ibu yg sosialita? Ngehek lu Hidup PARTAI EMAK-EMAK @PEPESOfficial," cuitnya.

Di sisi lalin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk menjadi ibu bangsa.
Sebagai ibu bangsa, perempuan mempunyai peran penting dalam mendidik para penerus masa depan bangsa.
Seperti dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, Jokowi juga sepakat dengan Ketua Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo yang menolak perempuan Indonesia disebut sebagai "emak-emak".
Sebab, Perempuan Indonesia sudah mempunyai konsep ibu bangsa sejak tahun 1935.
"Jadi saya setuju tadi Ibu Giwo menyampaikan istilah emak-emak. Ibu bangsa," tegasnya.
• Perwakilan Masuk Tim Sukses, 17 Poin Pakta Integritas dan Dukungan Rieziq Shihab untuk Prabowo-Sandi
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35 di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta.