Gempa di Donggala

Update Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala: 844 Meninggal, 90 Orang Hilang

Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan ada 821 orang meninggal, 90 orang hilang akibat gempa di Donggala.

Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Y Gustaman
BNPB
Proses evakuasi gempa bumi dan tsunami di Donggala dan Palu, oleh Perumnas Balaroa yang dilakukan secara manual sambil menunggu alat berat datang. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memberikan perkembangan jumlah korban jiwa dan kondisi terkini di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah usai digoncang gempa berkekuatan 7,4 SR dan tsunami pada Jumat (28/9/2018) lalu.

Update perkembangan itu ia sampaikan pada Senin (1/10/2018) pukul 13.00 WIB.

Sutopo menjelaskan saat ini korban meninggal akibat gempa dan tsunami mencapai 844 orang.

Seluruh korban tersebar di beberapa titik, yakni di Kota Palu sebanyak 821 orang (744 orang sudah teridentifikasi), Kabupaten Donggala 11 orang dan Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 12 orang.

"Korban meninggal dunia disebabkan oleh tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa dan akibat tsunami," jelas Sutopo dalam keterangan tertulis, Senin (1/10/2018).

Korban meninggal yang sudah teridentifikasi akan dimakamkan secara layak.

"Identifikasi melalui DVI, face recognition dan sidik jari. Data korban di DVI Polda Palu," terangnya.

Sementara itu, hingga kini dilaporkan sebanyak 90 orang masih hilang.

Sedangkan korban luka berat mencapai 632, kini sedang dirawat di beberapa rumah sakit.

Sutopo menambahkan, saat ini jumlah pengungsi tercatat mencapai 48.025 orang yang tersebar di 103 titik.

Pengungsi di Perbukitan Donggala Makan Pisang, Ubi, dan Pepaya Pascagempa

Kemenlu Sebut Indonesia Bakal Seleksi Bantuan Internasional

Gempa dan Tsunami di Palu-Donggala, Mendagri: Partai Politik Kalau Mau Kampanye, ya Bantu Sembako

Prioritas penanganan darurat

Sutopo menjelaskan sedikitnya ada 6 langkah prioritas penanganan darurat yang akan dilakukan.

Pertama, melanjutkan evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban.

Sutopo menjelaskan ada alat berat yang digunakan untuk membantu proses evakuasi.

"Saat ini sudah ada beberapa alat berat untuk evakuasi Kota Palu. Alat berat akan didatangkan dari Mamuju, Gorontalo, Poso Balikpapan," jelasnya.

Proses evakuasi itu juga melibatkan tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, dan Kementerian ESDM yang sudah bekerja sejak Sabtu (29/9/2018) malam.

Proses evakuasi gempa bumi dan tsunami di Donggala dan Palu, oleh Perumnas Balaroa yang dilakukan secara manual sambil menunggu alat berat datang.
Proses evakuasi gempa bumi dan tsunami di Donggala dan Palu, oleh Perumnas Balaroa yang dilakukan secara manual sambil menunggu alat berat datang. (BNPB)

Kedua, lanjut Sutopo, pemakaman jenazah dari rumah sakit.

Selain akan menguburkan jenazah yang sudah teridentifikasi, Sutopo menjelaskan pihaknya juga sudah menyiapkan lokasi pemakaman massal.

"Rencana lokasi pemakaman massal disiapkan di TPU Paboya Kota Palu," jelasnya.

"Sudah disiapkan 1.000 kantong mayat, penggalian sudah dilakukan dan prosesi pemakaman sesuai dengan yang lazim dilakukan," tambahnya.

Prioritas yang ketiga yakni percepatan pemulihan jaringan listrik.

Hingga hari ini, listrik PLN dan SPBU masih padam.

Namun Sutopo membeberkan, sedikitnya 216 personel PLN masih memperbaiki gardu induk dan jaringan listrik dan 8 genset PLN juga sudah diterbangkan untuk disebar do posko Palu dan Donggala.

Langkah keempat, yakni percepatan pengadaan BBM.

Pengiriman BBM ke Palu dan Donggala dilakukan melalui jalur darat dan udara.

Prioritas kelima, yakni distribusi logistik dan makanan untuk para pengingsi.

"Bantuan logistik mulai berdatangan yang diakut dengan pesawat Hercules TNI AU dan jalur darat," terang Sutopo.

Terakhir, prioritas keenam adalah percepatan jaringan komunikasi.

Kondisi pengungsi dan lapangan

Sutopo menjelaskan, pada pagi ini, Senin (1/10/2018) masyarakat Palu berdesakkan untuk mendapatkan bantuan di Markas Korem 132, Tadulako, Palu.

"Pengungsi masih membutuhkan banyak tenda untuk keperluan pengungsian," teranganya.

Sedangkan untuk akses jalan, Sutopo menjelaskan masih banyak yang rusak, sehingga saat mengirim alat berat dari luar Palu agak sedikit terhambat.

Sutopo menambahkan, untuk kebutuhan air bersih masih sangat sulit didapatkan warga.

Hal itu disebabkan adanya kebocoran pipa dan air tumpah di beberapa titik.

Beberapa warga justru mengambil kesempatan dengan menjual air bersih.

"Banyak yang memanfaatkan situasi hingga ada yang jual air 100 ribu rupiah per galon," ujarnya.

Sementara itu, terkait isu penjarahan, Sutopo menjelaskan Polri sudah mencegah kejadian itu lagi.

"Pasukan TNI akan datang lagi 1.300 orang dan Polri sekitar 1.000 orang dari beberapa Polda dan Mabes," tambahnya.

Berikut kebutuhan mendesak para pengungsi yang dilampirkan oleh Sutopo:

1. BBM, solar, premium

2. Air minum, Air bersih, dan tangki air

3. Rumah sakit lapangan
• Obat-obatan: bethadin, alkohol pembersih luka, P3K, obat batuk,
obat paracetamol.
• Kantong mayat
• Kain kafan
• Ambulans darurat
• Tandu
• Alat bantu disabilitas: Kursi roda & kreuk
• Tenaga medis

4. Tenda pengungsi, Terpal, Selimut, Veltbed, alat penerangan, genset.

5. Perlengkapan sekolah: seragam, alat tulis, sepatu, kaos kaki

6. Pakaian: Balita, anak sekolah, dewasa, sarung

7. Makanan: mie cup, biskuit, roti kering, susu, abon, kornet, dendeng,
minyak goreng, bumbu dapur, kopi susu, gula, makanan bayi dan anak.8. Alat makan

8. Alat mandi

9. Perlengkapan salat (TribunJakarta.com Erlina Fury Santika/BNPB)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved