Polemik Ratna Sarumpaet
Sudjiwo Tedjo Sebut Kecerdasan Prabowo Subianto Tak Bisa Diukur Hanya karena Telah Dikhianati
Sudjiwo Tedjo menyarankan untuk cari tolok ukur lain jika memang ingin melihat cerdas atau tidaknya Prabowo Subianto.
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo sebut kecerdasan Prabowo Subianto tak bisa diukur hanya karena dia sering dikhianati atau tidak.
Diketahui sebelumnya, Prabowo Subianto sempat membela Ratna Sarumpaet atas kasus dugaan penganiayaan aktivis kemanusiaan itu.
Namun melalui konferensi pers di kediaman Ratna Sarumpaet beberapa waktu lalu, kabar penganiayaan tersebut ternyata hanya karangan dirinya saja.
Terkait hal itu, Sudjiwo Tedjo melalui akun Twitternya, @sudjiwotedjo, Sabtu (6/10/2018), menyarankan untuk cari tolok ukur lain jika memang ingin melihat cerdas atau tidaknya Prabowo Subianto.
Lebih lanjut, budayawan berusia 56 tahun itu juga memberi contoh tokoh wayang Jawa, Bisma.
Bisma, yang memiliki karakter cerdas dan sakti, sepanjang hidupnya pun kerap mendapat pengkhianatan.
"Cerdas/tidaknya Pak Prabowo jangan diukur dari seringnya beliau dikhianati/tidak. Itu bukan tolok ukur kecerdasan. Carilah tolok ukur yang lain. Ingat, Bisma itu bukan saja cerdas. Ia sakti banget dan cuma bisa mati atas kehendaknya sendiri. Tapi sepanjang hidupnya dikhianati terus," tulisnya.
Cuitan tersebut mendapat banyak respon dari warganet.
Seorang warganet tidak sepakat jika Prabowo Subianto disandingkan dengan tokoh fiksi.
"Silahkan lihat sampai selesai wawancara Kompas TV dengan @prabowo. Jangan menilai kecerdasan seseorang dengan Bisma yang merupakan FIKSI. Kalau masih belum mampu juga menilai sosok PS dari wawancara tersebut, berarti ada masalah dengan jenengan," tulis warganet tersebut.
Mendapat respon seperti itu, Sudjiwo Tedjo pun memberi tanggapan.
Ia mempersilakan untuk mencari tolok ukur lain.
• Cerita Fathom Saulina: Anak Ratna Sarumpaet yang Pernah Mendekam di Penjara Bareng Ibunda
• Ratna Sarumpaet Diyakini Bukan Aktor Tunggal Kasus Kebohongan, Budiman Sujadtmiko Kasih Alasan
• Sindir Cara Ratna Sarumpaet Dukung Capres, Ruhut Sitompul Ingatkan Kesalahan Lebih Besar
Namun dirinya menegaskan untuk tidak meremehkan fiksi.
"Silakan juga baca twitku sampai selesai. Kalau mau ngukur kecerdasan Pak Prabowo dengan tolok ukur lain monggo. Lalu jangan remehkan fiksi, science membuktikan bahwa semua makhluk berbahasa tapi cuma bhs sapiens yg berfiksi. Dengan fiksi itu imperium-imperium didirikan oleh Sapiens," tulisnya membalas cuitan warganet itu.
"Wayang itu fiksi, tapi ide tentang wayang itu konkret. Kalau tidak, sebagai orang #Math yang lima tahun lebih digladi rasionalitas dll di jurusan #Math ITB, aku tak akan mengizinkan diriku mendalang," lanjutnya.
Atas sikapnya itu, ia sempat disebut sebagai pendukung Prabowo Subianto.
Namun, pria kelahiran Jember ini mengaku tak memihak siapapun.
Ia juga menambahkan, menyebut Bisma itu bukan berarti ia menyamakan Prabowo Subianto dengan tokoh wayang yang nyaris sempurna itu.
"Kalau kamu sudah belajar ilmu tertinggi/terendah #Rahvana yaitu #Sastrajendra tentang Tuhan Maha Paradoks yg tercermin juga di seluruh ciptaannya.. kamu gak akan memihak apa pun.. karena “baik” dan “buruk” sesungguhnya tak ada. Tanpa yg “buruk”, dunia tak jalan," tulisnya menerangkan kepada warganet.
"Pertama Prabowo bukan junjunganku. Aku nggak ada urusan dgn dukung mendukung. Kedua, Bisma dlm konteks kalimat itu bukan penyamaan. Tapi penyangatan. Dalam kalimat elementer bisa ditulis 'Bahkan Bisma pun...dst'," sambungnya.
Kendati begitu, ia sempat memuji Prabowo Subianto lantaran konsisten di dunia persilatan.
"Aku bukan pendukung Pak Prabowo/siapa pun. Tapi ada yang patut dipuji dari beliau adalah konsistensinya pada suatu tema sentral. Mau nari dangdut maupun menarikan Raden Gatutkaca, gerakan beliau konsisten di anasir gerakan silat," jelasnya.
• TERPOPULER - Prabowo Dibohongi Ratna Sarumpaet, Rachland Nashidik Analogikan dengan Pengemis
• Prabowo-Sandiaga Belum Rasakan Penurunan Elektabilitas atas Kasus Ratna Sarumpaet
• Gamal Albinsaid Ditunjuk Sebagai Pengganti Ratna Sarumpaet di Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga
Sudjiwo Tedjo terhadap Ratna Sarumpaet: tidak kasihan bukan berarti tak simpati
Sebelumnya diberitakan, Sudjiwo Tedjo juga disoroti soal rasa kasihannya di kasus Ratna Sarumpaet, yang merupakan rekan sesama senimannya.
Rasa kasihan Sudjiwo Tedjo dipertanyakan pada kasus Ratna Sarumpaet.
Pasalnya, Sudjiwo Tedjo tampak tak membahas soal kasus yang membelit rekannya tersebut.
Lantas, apa yang dikatakan Sudjiwo Tedjo?
Sudjiwo Tedjo mengungkapkan, tidak kasihan bukan berarti tak simpati.
Menurutnya, kasihan itu dasarnya sombong yang berarti merasa lebih beruntung.
Lebih lanjut, Sudjiwo menyatakan, dasar simpati bukan kasihan melainkan dharma.
Namun, dharma itu bukanlah sebuah sikap kasihan.
Sudjiwo Tedjo menegaskan, menolong atas dasar dharma sama dengan menolong karena merasa udah seharusnya menolong.
Sehingga menurutnya, menolong itu bukan karena rasa kasihan.
Follow Juga:
Begini cuitan lengkap Sudjiwo Tedjo dikutip TribunJakarta.com:
"Tidak kasihan bukan berarti tidak simpati.
Kasihan itu dasarnya sombong yaitu merasa lbh beruntung.
Dasar simpati bukan kasihan tapi DHARMA.
Dharma itu bukan kasihan.
Menolong atas dasar Dharma = menolong krn merasa ud seharusnya menolong.
Bukan krn kasihan," tulisnya.
Hingga berita ini diturunkan, cuitan Sudjiwo Tedjo tersebut telah mendapatkan 6 likes.
Sebelumnya, Sudjiwo Tedjo juga menjelaskan jika kasihan merupakan bentuk lain dari rasa sombong.
Sudjiwo mengungkapkan, hanya Tuhan yang mengetahui seseorang lebih baik atau tidak dibandingkan siapapun.
• Gempa Bumi di Donggala dan Palu, Sudjiwo Tedjo: Yang Tertimpa Musibah Belum Tentu Celaka
• Bandingkan Kebohongan Ratna Sarumpaet dan Pencapresan Mahfud MD, Fahri Hamzah Singgung Romahurmuziy
Atas dasar analisisnya itu, Sudjiwo Tedjo menegaskan akan mengucapkan hal yang sama jika peristiwa serupa menimpa kubu Jokowi.
Pantauan TribunJakarta.com, Sudjiwo Tedjo mencuitkan hal tersebut atas tanggapannya terkait cuitan netizen yang mengatakan kasihan kepada kasus Ratna Sarumpaet.