Pilpres 2019
Hasil SMRC: Sandiaga Tak Ingin Jadi Ban Serep, Tim Jokowi Singgung Dampak Kasus Ratna Sarumpaet
Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga bereaksi atas hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC).
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga bereaksi atas hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC).
Survei tersebut menunjukkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin jauh mengungguli pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan memaparkan hasil simulasi tersebut.
"Untuk simulasi dua pasangan, Jokowi-Maruf Amin 60,4 persen dan Prabowo-Sandiaga 29,8 persen. Sementara 9,8 persen tidak menjawab," ujar Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan di Kantor SMRC, Jakarta.
Dalam survei ini SMRC menggunakan satu metode yaitu dengan melakukan wawacara lewat tatap muka dengan koresponden.
Hasil menunjukkan Jokowi-Maruf unggul dengan hasil 60,4 persen sedangkan Prabowo -Sandiaga hanya mendapat 29,8 persen.
Sementara sisanya 9,8 persen memilih tidak menjawab.
Survei yang dilakukan dengan cara multistage random sampling tersebut memiliki margin of error sebesar kurang lebih 3,05 persen.
Sebanyak 1.074 peserta yang tersebar di seluruh Indonesia dilibatkan dalam survei yang dilaksanakan mulai dari 7 september hingga 24 september.
Sementara itu Djayadi juga mengatakan kehadiran cawapres belum berpengaruh apabila dilihat dari hasil yang tak jauh beda antara simulasi dua pasangan dengan simulasi dua capres.
Tingginya angka survei dari pasangan Jokowi-Ma'ruf enam bulan jelang pilpres dipengaruhi oleh tingginya elektabilitas Jokowi yang menyentuh angka 60,2 persen.
Sandiaga Kerja Keras

Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengakui dirinya dan KH Ma’ruf Amin harus bekerja lebih keras untuk mendongkrak elektabilitas calon presiden masing-masing seperti yang diungkapkan dalam hasil survei SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting).
Sandiaga juga mengatakan baik dia maupun Ma’ruf Amin tidak mau hanya menjadi ban serep.
“Kami tentu harus bekerja lebih kuat untuk dongkrak elektabilitas capres masing-masing dan itu memang sudah menjadi bagian tugas kami, kalau kami hanya menjadi ban serep dan pelengkap derita tentu itu bukan yang diinginkan masyarakat dan institusi,” jelasnya di Tebet, Jakarta Selatan, Senin (8/10/2018).
Untuk mewujudkan hal tersebut Sandiaga mengatakan dirinya akan terus terjun ke masyarakat untuk menyerap aspirasi mereka.
Selain itu dia juga akan menyerukan Indonesia akan menjadi lebih baik di tangannya dan Prabowo Subianto di periode berikutnya.
“Tentunya saya akan terus terjun ke masyarakat berusaha menyentuh hati dan menyerap aspirasi mereka, dan saya ingin menyerukan Indonesia akan lebih baik, lebih adil, dan lebih baik ke depannya,” pungkas Sandiaga.
Dahnil Anzar Anggap Biasa

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai biasa saja kalau hasil survei menunjukan elektabilitas petahana Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin unggul dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, hal yang wajar bila di awal-awal hasil survei merilis hasil lebih tinggi kepada kubu petahana.
"Biasa saja, petahana awalnya jamak memang lebih tinggi hasil surveinya," ujar Dahnil Simanjuntak kepada Tribunnews.com, Senin (8/10/2018).
Ia pun mengambil contoh pilkada DKI Jakarta pada 2012 lalu, kala petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli melawan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama.
Selain itu Pilkada DKI pada 2017, kala petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat melawan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Belajar dari kasus survei Pilkada misalnya, survei Pak Foke dulu juga lebih tinggi dibandingkan Pak Jokowi. Survei Ahok juga jauh lebih tinggi dibandingkan Anies dulu ketika Pilkada DKI, hasilnya? Pak Foke kalah pun demikian Ahok,"katanya.
Menurut dia, masih banyak survei lain yang dilakukan mengalami kegagalan memprediksi. Karena tidak mampu memotret secara update preferensi pemilih dan dinamika sikap pemilih apalagi dengan jangka waktu pilpres yang masih 7 bulan lagi.
Untuk itu kembali dia menilai wajar bila Petahana surveinya lebih tinggi dibanding penantang.
"Dan itu terjadi dibanyak tempat, namun belakangan ini terlalu sering lembaga survei salah dan hasilnya petahana kalah," cetusnya.
Respon Kubu Jokowi

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto merespons hasil survei SMRC yang menyebut elektabilitas Jokowi unggul jauh dari pesaingnya Prabowo Subianto.
Ditemui di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Hasto mengatakan hasil tersebut membuktikan Jokowi dicintai rakyat.
"Tentu saja hasil survei yang menunjukan elektabilitas menunjukan bahwa apa yang disampaikan berdasarkan kerja, berdasarkan program, berdasarkan upaya hal-hal yang positif dicintai oleh rakyat," ujar Hasto, Senin (8/10/2019).
Selain itu, hasil survei tersebut juga menunjukan dipilihnya Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden dinilai tepat oleh rakyat.
"Itu menambah semangat kami tetapi pemilu masih 6 bulan lagi, survei yang menunjukan apresiasi rakyat kiai Maruf menjadi energi untuk lebih giat lagi ke bawah," katanya.
Dampak Kasus Ratna Sarumpaet
Tim Kampanye Nasional Jokowi-Mar'uf menilai wajar suara pasangan capres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tergerus pasca kasus dugaan kebohongan Ratna Sarumpaet terkuak.
Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding berujar, menilik dari hasil sigi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Prabowo akan sulit menggaet dukungan akibat kasus Ratna Sarumpaet. Terutama dari kelompok yang belum menentukan pilihannya atau undecided voters.
"Bisa jadi memang, pendukung Pak Prabowo, terutama yang keras dan loyal tidak berubah, tetapi sulit untuk bertambah dengan kasus hoaks Ratna Sarumpaet," ujar Karding saat dikonfirmasi wartawan, Senin (8/10/2018).
Karding menjelaskan, masyarakat Indonesia secara umum tidak suka cara-cara berbohong itu ditampilkan sebagai bagian daripada kampanye. Apalagi, kasus Ratna begitu masif dalam pemberitaan. Menurut Karding, suara pemilih yang belum menentukan pilihan, kemungkinan besar akan memilih pasangan capres Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
"Dia akan cenderung bergabung ke Pak Jokowi atau untuk memilih netral, misalnya. Jadi, menurut saya itu wajar. Karena berita soal hoaks ini, masif dan menjadi perbincangan sampai pada lapisan masyarakat bawah," tutur Karding.
PSI Minta Kubu Jokowi Jangan Lengah

Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Mar'uf, Raja Juli Antoni berujar, hasil survei penting untuk dipelajari sekaligus memotivasi untuk melakukan kerja politik yang lebih giat.
"Hasil baik dalam survei tersebut tidak boleh membuat para pendukung Pak Jokowi lengah dan 'ternina bobokan'," ujar Antoni saat dikonfirmasi wartawan, Senin (8/10/2018).
Antoni mengatakan, masih ada waktu sekira 6 bulan lagi, hingga pemilihan presiden 2019 berlangsung pada 17 April 2019. Kader partai dan relawan Jokowi-Ma'ruf diminta untuk tidak terlena dengan hasil sigi SMRC.
Antoni meyakini, jika tidak ada peristiwa yang luar biasa, terutama berita bohong atau hoaks yang besar, maka pasangan capres Jokowi-Ma'ruf akan memenangi Pilpres 2019.
• Anaknya Tewas Dibunuh, Ayah Korban: Masa Anak Saya Dibuang Kayak Binatang dan Dibuang ke Hutan?
• Sang Putri Jenguk Ratna Sarumpaet 30 Menit di Sel, Kurang Tidur Hingga Bantal Kecil
• Rudi Widodo Bawa Persija Unggul Sementara 2-1 atas Perseru
"Hanya produksi dan reproduksi hoax yang masif yang dapat mengalahka Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf," kata Antoni.
TKN Jokowi-Ma'ruf, ucap Antoni, mensyukuri strategi hoaks terkuak dengan tertangkapnya Ratna Sarumpaet.
"Kader partai dan relawan harus benar-benar siap menghadapi serangan “Ratna Sarumpaet” lainnya yang lebih keji bentuk fitnah dan modusnya," ucap Antoni. (Tribunnews.com)