Reuni 212
Adu Mulut dengan Rocky Gerung Soal Reuni 212, Boni Hargens Soroti Kekuasaan Era Orde Baru
Terlibat adu mulut dengan Rocky Gerung soal reuni 212, pengamat politik Boni Hargens malah menyoroti kepemimpinan Orde Baru.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM - Akademisi Rocky Gerung terlibat adu mulut dengan Boni Hargens soal Reuni Akbar 212 yang telah dilaksanakan pada Minggu lalu.
Rocky Gerung mengemukakan pendapatnya saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) dilansir TribunJakarta.com pada Rabu (5/12/2018).
Di awal perbincangan, Rocky Gerung menyoroti sejumlah media yang tak menyiarkan peristiwa Reuni Akbar 212 tersebut.
Menurut Rocky Gerung, peristiwa Reuni Akbar 212 tersebut telah menjadi monumen.
"Kita diingatkan bahwa Reuni 212 itu sesuatu yang memang sebut saja momennya di tahun 2016 tapi kemduian dia menjadi monumen. Dipindah dari momen menjadi monumen," kata Rocky Gerung.
Lebih lanjut Rocky Gerung menuturkan, Reuni Akbar 212 menjadi reuni akal sehat.
Itu soalnya, karena itu saya sebut bahwa 212 itu lepas dari segala macam interpretasi, itu adalah satu reuni akal sehat. Kalau bukan karena akal sehat, itu ada orang iseng ngasih komando, selesai itu istana di depan, berantakan itu Jakarta."
• Sebut Reuni Akbar 212 Sebagai Aset Bangsa, Aa Gym Usulkan Ahok Diundang Tahun Depan
• Tolak Mentah-mentah Roger Danuarta, Ayah Cut Meyriska: Udah Mundur Aja, Saya Mencari Imam yang Baik!
"Jadi ada kepemimpinan intelektual, ketertiban orang percaya bahwa ide bisa menghasilkan perubahan, ide itu diperlihatkan oleh jumlah, ide yang menjadi jumlah dia berubah dari kuantitas menjadi kualitas," kata Rocky Gerung.
Dalam kesempatan itu, Rocky Gerung menyayangkan banyak pihak yang meributkan soal jumlah peserta Reuni Akbar 212.
"Jadi ngapain bicara tentang jumlah, kalau itu sudah menjadi kualitas akan diingat sebagai kualitas. Tentang apa, protes terhadap ketidakadilan," ungkap Rocky Gerung.

"Jadi, soal agama disitu dengan sendirinya karena ada sejarah disitu. Sama saja seperti kita bilang kalau udah satu kali reuni, yaudah enggak usah reuni, buat apa? Loh kalau begitu, jangan rayakan 17 Agustus karena Belanda sudah pergi. Coba otaknya dibikin waras sedikit," kata Rocky Gerung.
Mendengar pernyataan Rocky Gerung tersebut, pengamat politik Boni Hargens memberikan tanggapannya.
"Ini biar lurus. Pertama, menganalogikan ini dengan gerakan Martin Luther King merupakan sebuah kesesatan. Yang dilakukan Luther King yaitu sebuah protes karena penindasan terhadap sebuah etnik. Disini, di 212 siapa yang menindas?" tanya Boni Hargens seraya emosi.
• Rocky Gerung Bicara Soal Netral di Tahun Politik, Boni Hargens Tak Sependapat: Ini Filsafat Apa ?
• 4 Hal Seputar Pengelola TMII yang Tunggak Pajak Rp 1,9 Miliar
Selain itu, Boni Hargens pun menyoroti kepemimpinan di era orde baru.
Menurut Boni Hargens, 32 tahun rezim orde baru berkuasa maka terdapat suatu kehancuran di hak sipil dan politik masyarakat.
"Kalau hari ini Pak Jokowi 4 tahun berkuasa kita paksakan menutup semua kegagalan di orde baru, itu tak masuk akal," ungkap Boni Hargens.
Rocky Gerung pun menjawab pendapat Boni Hargens.

"Memori kolektif kita terhadap Martin Luther King bukan lagi soal agama tetapi dia berbicara tentang kebebasan manusia. Dan ini orang akan mengingat bukan tentang Ahok, buat apa dibalikkan ke situ? Karena dia udah jadi monumen, bukan momen," tegas Rocky Gerung.
"Yang kuantitas berubah jadi kualitas sehingga dihubungkan menjadi elektabilitas,masuk akal," sambungnya.
Rocky Gerung mengatakan, jika peristiwa tersebut dikatakan sebagai politis maka Jokowi tak hadir saja sudah politis.
"Tapi kan ini ada Prabowo dan segala macam, orang diundang," beber Rocky Gerung.
Tanggapan Zulkifli Hasan
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyebut Reuni Akbar 212 yang digelar Minggu (2/12/2018) merupakan bentuk dari gerakan hati umat Islam.
Hal itu diutarakannya menampik anggapan jika reuni tersebut merupakan bagian dari kampanye terselubung.
"Tidak ada saya kira satu pun yang bisa mendatangkan banyak jutaan orang itu, partai, tokoh, apa, enggak ada yang bisa. Itu saya kira gerakan hati ya, satu cara untuk menyampaikan aspirasi," kata Zulkifli Hasan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/12/2018).
• Area Persawahan Pertanian Terus Berkurang, Kementerian ATR/BPN Bakal Persulit Alih Fungsi Lahan
• Korban Selamat Pembunuhan Pekerja di Papua: KKB Menari-nari dan Menembaki Secara Sadis
Ketua MPR RI itu juga menyanggah anggapan jika reuni yang diadakan di Lapangan Monas, Jakarta Pusat itu adalah upaya mendapatkan efek elektoral.
Justru, Zulkifli Hasan meminta kepada peserta reuni akbar 212 untuk menjadi pelopor pemilu damai.
"Ini bukan soal elektoral, ini soal reuni. Yang paling penting saya datang sebagai Ketua MPR untuk meminta temen-temen alumni 212 untuk menjadi pelopor ya, pemilu damai, pemilu yang menggembirakan, pemilu yang friendly gitu," katanya