Pilpres 2019
Tiga Emak Ditahan karena Kampanye Hitam: Spanduk Prabowo-Sandiaga di Rumah dan Pengakuan Abah Ajo
Tiga emak-emak asal Karawang resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Polda Jabar dan Polres Karawang. Bagaimana Kondisi rumah emak-emak?
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM, KARAWANG - Tiga emak-emak asal Karawang resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Polda Jabar dan Polres Karawang.
Mereka adalah bernama Engqay Sugiyanti, Ika Peranika, dan Citra Widaningsih.
"Ketiganya sudah ditetapkan tersangka," ujar Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko di Mapolda Jabar seperti dikutip dari Tribun Jabar, Selasa (26/2/2019).
Ketiganya ditetapkan tersangka kasus menyebarkan informasi untuk menimbulkan kebencian atau permusuhan individu dan kelompok masyarakat berdasarkan SARA, sebagaimana diatur di Pasal 28 ayat 2 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Penyidik sudah memiliki dua alat bukti yang cukup untuk menetapkan tersangka. Salah satunya ponsel milik mereka disertai video dengan konten yang sudah kita dengar," ujar Trunoyudo Wisnu Andiko.
Kondisi Rumah

IP (45), merupakan salah satu dari tiga emak-emak yang ditangkao polisi terkait kasus kampanye hitam terhadap paslon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Pasca ditahan oleh kepolisian, Tribunnews.com mencoba menyambangi kediaman yang bersangkutan, Rabu (27/2/2019).
Adapun kediamannya tak terlalu jauh dari Stasiun Cikampek berada, hanya sekitar 1.9 kilometer.
Nantinya akan ada jalan dimana kita harus menyeberangi rel kereta api. Berjalan sekira 800 meter, akan ada gang kecil di kiri jalan dimana rumah IP berada.
Kondisi di kediaman tetangga sekitar IP nampak lengang dan kosong.
Jarum jam menunjuk pukul 14.00 WIB ketika Tribunnews.com menyambangi rumah tersebut.
Rumah itu memiliki sedikit halaman yang ditumbuhi rumput-rumput liar.
Dibangun diatas pondasi bebatuan, rumah itu dihiasi cat warna pink dengan keramik merah menghiasi lantainya.
Di bagian teras, seolah-olah nampak tertutup dari pandangan tetangga.
Hal itu lantaran adanya triplek putih yang telah dicoret-coret serta kerai bambu yang menutupinya.
Sementara itu, di bagian atas kerai, terlihat banner dari paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Banner yang berbentuk persegi panjang itu memperlihatkan foto Prabowo-Sandi dan bertuliskan 'Posko Pemenangan Garuda Merah'.
Pantauan Tribunnews.com, di belakang kerai tersebut terdapat sejumlah pakaian, handuk, hingga sajadah yang tengah dijemur.
Adapula etalase kaca yang nampak kosong. Berdasarkan informasi, etalase tersebut digunakan IP untuk berjualan nasi uduk dalam kesehariannya.
Selain itu, dua buah galon air mineral juga nampak diletakkan dekat pintu masuk rumah yang beralamatkan di Kampung Kalioyod, RT 02 RW 03, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, Karawang, Jawa Barat itu.
Pintu rumah tersebut tampak terbuka, terlihat sepatu kets warna biru dengan kaos kaki hitam dipinggir pintu.
Tribunnews.com coba melongok ke dalam, melihat sejumlah foto keluarga yang dipajang di dinding ruang tamu tersebut.
Ruang tamu tersebut sedikit tampak kosong dengan tidak adanya furniture.
Kemudian keluarlah seorang remaja pria yang mengenakan seragam sekolah. Ternyata, ia adalah salah satu putra IP.
Berdasarkan keterangannya, sang ayah tidak berada di rumah dan dirinya tak mengetahui keberadaan sang ayah.
Ia hanya mengatakan ibunya berada di Polres Karawang.
"Nggak ada orang dirumah. Nggak tahu (ayah dimana), ibu masih di Polres," ujarnya.
Namun, saat Tribunnews.com mencoba menggali lebih dalam terkait perasaan dirinya karena sang ibu ditahan, pria berambut keriting ini menolak berbicara.
Ia nampak menolak pembicaraan lebih lanjut dengan mengatakan tidak tahu berkali-kali.
"Tidak tahu apa-apa. Tidak tahu. Tidak tahu. Maaf ya," kata dia.
Setelahnya, ia kembali masuk ke dalam rumah, dengan membiarkan pintu dalam kondisi terbuka lebar.
Pengakuan Abah Ajo

Video yang berisi dugaan kampanye hitam terhadap capres nomor urut 01, Joko Widodo viral di media sosial
Dalam video tersebut, terdapat dua wanita tengah berbicara dengan seorang lelaki. Sementara satu wanita lainnya membuat video.
Belakangan, diketahui lokasi dalam video tersebut berada di Dusun Kalioyod, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang.
Ketiga wanita itu, yakni CW, ES, dan IP. Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolres Karawang.
Lelaki dalam video tersebut, Suparjo, mengaku tak mengenal ketiga wanita tersebut. Ia pun lupa kapan peristiwa tersebut terjadi.
Meski begitu, ia mengakui baru-baru ini ada tiga perempuan yang sekilas mengajaknya berbicara.
"Saya lupa (kapan). Pokoknya siang-siang pas saya mau salat zuhur. Mereka juga bukan mau ke saya, tapi lagi lewat. Saya keluar, salah satu orang balik lagi," kata pria yang akrab dipanggil Abah Ajo, Rabu (27/2/29).
Kepala Desa Wancimekar Alih Miharja mengaku tahu persoalan dugaan kampanye hitam di wilayahnya. Ia baru mengetahuinya setelah video tersebut ramai diperbincangkan.
Meski demikian, ia mengakui dua di antaranya, ES dan IP merupakan warganya. Namun ia tak mengetahui satu lainnya.
"Yang 2 orang betul asli warga Wancimekar, yang satu orangnya enggak tahu orang mana. Bah Ajo juga dia warga saya pemilik kontrakan itu. Dulu nya Bah Ajo pedagang es," katanya.
Alih mengungkapkan, tidak mengetahui kedua warganya itu terlibat urusan politik. Menurutnya, keduanya merupakan ibu rumah tangga dan penjual es campur di depan rumahnya.
"Bukan kader dari partai politik. Makanya gak nyangka ikut-ikutan politik," terangnya.
Sementara itu, di depan rumah ES terdapat spanduk bertuliskan "Posko Pemenangan Prabowo-Sandi". Namun, menurut Nani, kakak ES, adiknya tidak pernah terlibat dalam urusan politik, begitu juga suaminya.
"Enggak pernah ikut-ikutan politik dia mah. Enggak dikasih uang nggak apa pokoknya. Itu juga (spanduk bertuliskan posko pemenangan) dikasih terus ditempel," katanya.
Respon Sandiaga Uno

Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mempersilahkan aparat kepolisian mengusut tiga perempuan di Karawang yang diduga melakukan kampanye hitam kepada Jokowi.
"Kalau seperti yang terjadi di Karawang kami persilakan untuk aparat, Bawaslu untuk menindaklanjuti sesuai dengan hukum yang berlaku karena apa yang disampaikan tentunya menjadi temuan tersendiri," ujar Sandiaga di Jalan Sriwijaya, di Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu, (27/2/2019).
Hanya saja ia meminta agar proses penegakan hukum tersebut dilakukan seadil-adilnya. Termasuk mengusut mereka yang melakukan kampanye hitam kepada Prabowo-Sandi.
"Jai harapan kami diproses yang seadil-adilnya, karena ada juga kami dapat laporan dari pihak inkumben yang juga belum ditindaklanjuti. Jadi kami usul kepada aparat untuk bertindak seadil-adilnya," ujar Sandi.
Mantan Wagub DKI itu mengaku tidak mau terus berpolemik memperdebatkan apakah yang dilakukan tiga perempuan di video tersebut termasuk kampanye hitam atau bukan. Saat ini ia dan Prabowo sedang fokus menyampaikan visi-misi di bidang ekonomi.
• Tiga Emak-emak Pepes Tertangkap, Yunarto Wijaya Sindir Menohok Relawan Jokowi-Maruf Amin
• 3 Emak Kampanye Hitam Jokowi-Maruf Jadi Tersangka, BPN Beri Pembelaan hingga Singgung JK Soal Azan
• Polemik Kabar Percepatan Pemberian THR: Kubu Prabowo Nilai Jokowi Semakin Panik
• Tiga Emak Relawan Pepes Sudutkan Jokowi-Maruf, Budiman Sudjatmiko: Mereka Ibu-ibu Akal Sehat
"Kita menggunakan akal sehat kita memastikan bahwa Prabowo sandi saat ini fokus di perbaikan ekonomi, kita ingin menciptakan lapangan kerja kepada masyarakat dan biaya-biaya hidup yang terjangkau," pungkasnya.
Seperti diketahui, kasus ini jadi perhatian pascavideo viral tiga perempuan mengajak seorang warga untuk tidak memilih Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin di Piplres 2019.
"Moal aya sora azan, moal aya deui nu make tiung awewe jeng awewe menang kawin, lalaki jeng lalaki menang kawin (tak akan ada lagi azan, tak ada lagi yang pakai kerudung, wanita boleh nikah dengan wanita, lelaki bisa nikah dengan lelaki)," ujar seorang perempuan di video. (Tribunnews.com/Kompas.com)