Gedung Bioskop Tua di Pasar Senen, Harga Tiket Hanya Rp 5 Ribu, Begini Nasibnya Kini

Gedung yang dibangun sekitaran tahun 1920-an tersebut sempat mengecap manisnya kejayaan sebagai tempat hiburan bagi masyarakat di era tahun 1980-an

Penulis: Lita Febriani | Editor: ade mayasanto
TribunJakarta.com/Lita Febriani
Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Lita Febriani

TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Suasana gedung tua yang sudah tak digunakan lagi kental terasa saat awal memasuki bioskop jadul di kawasan Senen Jakarta.

Masyarakat familiar mengenal tempat tersebut dengan nama 'Mulia Agung Theater' dan 'Grand Theater'.

Gedung yang dibangun sekitaran tahun 1920-an tersebut sempat mengecap manisnya kejayaan sebagai tempat hiburan bagi masyarakat di era tahun 1980-an dan 1990-an.

Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019).
Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019). (TribunJakarta.com/Lita Febriani)

Menampilkan film-film emas pada masanya letak bioskop tersebut berada di persimpangan Senen.

Tribunjakarta.com pada Sabtu (9/3/2019) melihat kondisi bioskop yang sudah dua tahun menggulung layarnya tersebut saat ini dipenuhi mobil-mobil yang biasa digunakan untuk mengisi uang di ATM.

Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019).
Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019). (TribunJakarta.com/Lita Febriani)

Pedagang minuman di depan Grand Theater menceritakan bahwa usai ditutup bioskop dikelola oleh anak sang pemilik.

"Saya jualan dari tahun 70-an di sini, dulu jaya rame sini, sekarang udah tutup. Kalah sama yang lain kali ya, kan tiketnya cuma Rp 5.000, kalau Sabtu-Minggu Rp 10.000," jelas wanita paruh baya yang tak ingin disebut namanya itu.

Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019).
Kondisi terkini bioskop tua Senen, Sabtu (9/3/2019). (TribunJakarta.com/Lita Febriani)

Tulisan jadwal jam tayang film pun masih terpasang di beberapa dinding di dalam gedung.

Suasana gelap dan berdebu memang tak bisa dihindari, namun dapat tergambar betapa ramainya bioskop tersebut pada masanya.

Tribunjakarta.com berkesempatan bertemu dengan mantan Proyeksionis dari bioskop Mulia Agung.

Danny Mulyana namanya, dengan terbuka berbagi kisah mengenai bioskop yang dulu tempatnya bekerja.

"Di sini ya dulu ramai tapi karena kemajuan jaman, kan kita masih pakai analog," jelas Danny.

Bangunan yang pagarnya sudah diselimuti karat disebut masih asli sejak pertama dibangun.

Hanya mengalami renovasi pada atapnya saja yang bocor termakan usia.

Uniknya dari bioskop yang konon ramai disebut sebagai tempat yang berkonotasi negatif tersebut adalah masih adanya proyektor di dalamnya. Proyektor tak mengalami pemindahan meskipun sudah tak lagi beroperasi.

"Proyektornya masih tetep ada di dalam. Ngga dipindah. Tapi masih berfungsi, walaupun udah nggak beroperasi," tambah Danny.

Menanti Beroperasinya Bioskop Rakyat di Pasar Teluk Gong

Warga Senang, Tiket Bioskop Rakyat Pasar Teluk Gong Tak Sampai Rp 30 Ribu

Di dalam bioskop Grand Theater masih terdapat poster-poster film jaman dahulu yang disimpan oleh Danny.

Sutradara kondang Joko Anwar pun pernah menyambangi bioskop ini untuk melakukan sesi wawancara dengan media luar negeri.

Sayang sekali satu di antara tempat yang merupakan saksi bisu perkembangan Kota Jakarta harus berakhir dengan kondisi tidak terawat.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved