Cerita Atok Jadi Pengepul Besi Tua Keliling Hingga Berhasil Punya Toko Sepeda di Pasar Lontar
Atok pemilik toko sepeda di Pasar Lontar, Lagoa, Jakarta Utara, menceritakan pengalaman pahitnya. Atok memiliki toko sepeda sejak tahun 2006.
Penulis: Afriyani Garnis | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Makan pecel lele menurutnya sudah makanan yang mewah saat itu. Jika tidak dengan pecel lele maka ia akan meracik tahu dengan penyedap rasa yang dimasak hanya dengan air.
"Kalau ngak ada uang, beli tahu Rp 2 ribu, saya potong kecil-kecil, saya kasih royco sama air, nunggu matang tinggal dikasih nasi, yang penting ada nasi waktu itu," ceritanya.
Hal-hal pahit yang seperti itu yang menjadi alarm waktu untuk Atok kini. Ia selalu mengingat hal tersebut supaya lebih bersyukur dengan keadaannya sekarang.
"Lebih baik untung sedikit yang penting ada dan bisa disyukuri," kata Atok.
Kini langganan Atok sudah tersebar dimanapun, ia punya tantangan agar tetap menjalin hubungan baik dengan langganannya.
Satu diantaranya adalah dengan tetap melayani pembelinya dengan baik dan ramah.
"Saya ke siapapun ya seperti ini, enggak membedakan mau langganan atau tidak, siapa tahu kalau kita baik, cocok, yang baru akan jadi langganan," ujarnya.
Meski setiap hari kini hanya tiga hingga empat sepeda yang terjual, Atok tetap mensyukuri hal tersebut.
"Sekarang paling tiga sampai empat sepeda yang terjual, paling sering ya sepeda anak-anak, yang dewasa atau yang besar-besar jarang," kata dia.
• Jelang Masuk Sekolah, Toko Seragam di Pasar Palmerah Mengalami Peningkatan Penjualan
• Masih Eksis, Pasar Lontar Bisa Jadi Rekomendasi Bagi Kamu yang Ingin Beli Sepeda
Dibantu seorang karyawannya, Atok berdagang dengan menyewa dua kios di dekat Pasar Lontar, Lagoa, Koja, Jakarta Utara.
Terhitung, sudah 13 tahun berdagang. Atok berharap kedepannya selalu diberi kemudahan dan dilancarkan rezekinya.
Ia tak akan menolak jika ada yang meminta bantuannya, karena baginya berbagi dengan sesama artinya membuka lebar rezekinya.