Pemilu 2019
Fakta Sebenarnya Video Viral Mobil Berstiker KPU Digeruduk Orang Tak Dikenal, Tuding Modifikasi C1
Tumpukan APK depan ruko pun merupakan hasil cetak yang dipesan tim sukses berbagai paslon peserta Pemilu 2019, bukan karena mereka mendukung paslon.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Sebuah video mobil box berstiker logo Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang terparkir depan percetakan Digital Print Jalan Raya Condet Kelurahan Balekambang menjadi viral di media sosial.
Pasalnya, mobil itu diduga mengangkut C1 Penghitungan Presiden dan Wakil Presiden (PPWP).
Video tersebut diambil oleh sejumlah orang yang mendatangi Digital Printing pada Minggu (21/4/2019) sekira pukul 01.00 WIB dan langsung menuding mobil tersebut digunakan untuk membawa logistik yang sudah dimodifikasi.
Arif (33), satu pegawai yang saat kejadian berada di lokasi mengatakan mobil box milik perusahaan itu ditempel stiker KPU karena perusahaan tempat kerjanya jadi pemenang tender pencetakan Alat Peraga Kampanye (APK) dari KPU.
"Kami menang tender dari KPU untuk pencetakan APK kampanye Pemilu 2019. Mobil ini dipakai untuk mengirim APK, karena pengiriman enggak sampai ke luar kota dipasang stiker ini. Maksudnya biar pas ngirim enggak bermasalah," kata Arif di Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (22/4/2019).

• Melihat Armada Baru Taksi Listrik Blue Bird, Tarif Sekali Naik hingga Harga Tesla Model X 75D
Arif menyebut perusahaan tempat kerjanya melayani setiap orderan spanduk kampanye dari setiap peserta Pemilu 2019 atas dasar bisnis semata.
"Kita terima setiap orderan, namanya tempat percetakan kan. Jadi tempat ini bukan punya KPU, hanya menang tender untuk cetak APK. Kita ini cuman nyetak spanduk sesuai permintaan," ujarnya.
Fikri (22) pegawai lain yang berada saat kejadian mengaku heran dengan tudingan bahwa tempat kerjanya mencetak C1, pasalnya mesin yang digunakan hanya mampu mencetak spanduk.
Perihal sejumlah orang yang menyambangi tempat kerjanya, Fikri menyebut mereka tak melakukan intimidasi atau kekerasan fisik terhadap 10 pegawai yang saat itu sedang menginap.
"Mereka enggak memaki sih, cuman pas kita mau beli makan ke Warteg mereka negelarang. Katanya enggak bakal pergi sampai Bawaslu datang, tapi jam 4 pagi sebelum Bawaslu datang mereka sudah pergi," kata Fikri.
Cuma cetak spanduk kampanye
Arif (33), karyawan lainnya, merasa kesal dengan tuduhan yang diberikan terhadap tempat kerjanya.
Ia membantah mobil milik pabrik tempat kerjanya itu membawa formulir C1 yang hendak dimodifikasi.
"Mobil ini cuma buat ngangkut barang aja kalau spanduknya sudah selesai. Spanduk-spanduk caleg atau capres yang diorder nanti dikirim ke daerah-daerah," kata Arif.
Arif juga membantah bahwa tempat kerjanya mempunyai alat yang bisa mengubah formulir C1 sebagaimana yang dinarasikan dalam video yang viral itu.
