Pemindahan Ibu Kota Kembali Dibahas, Anies Sebut Presiden Jokowi Setuju Jakarta Tetap Dibangun

Anies memaparkan, rencana perpindahan Ibu Kota di luar Jawa disebabkan oleh adanya ketimpangan dan pemerataan penduduk di wilayah Indonesia.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
KOMPAS/PRIYOMBODO
Refleksi lanskap kota Jakarta yang dipenuhi gedung pencakar langit, Rabu (06/02/2019). Kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan menjadi daerah pemilihan terkaya dengan rata-rata pertumbuah ekonomi yang tinggi. 

"Skenario satu diperkirakan akan membutuhkan biaya Rp 466 triliun atau US$ 33 miliar," ujarnya saat rapat di Kantor Presiden, Senin (29/4/2019).

Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemerintah akan menyediakan dana sekitar Rp 250 triliun. Sementara porsi swasta untuk pembiayaan tersebut sebesar Rp 215 triliun.

Sementara skenario dua membutuhkan lahan yang lebih kecil sebesar 30.000 ha. Hal itu dikarenakan pada skenario kedua tidak seluruh ASN inut pindah ke ibu kota baru tersebut. "Skenario dua lebih kecil karena kotanya lebih kecil yaitu Rp 323 triliun atau US$ 23 miliar," terang Bambang.

Kebutuhan biaya tersebut telah melihat pelaksanaan di sejumlah negara. Antara lain yang dianggap hampir mirip dengan rencana Indonesia adalah Korea Selatan. Korea Selatan memindahkan pusat pemerintahan dari Seoul ke Sejong dengan biaya US$ 22 miliar.

Meski lebih murah, ibu kota Korea Selatan tersebut hanya didesain untuk 500.000 orang.

Sementara Brasil telah melakukan pemindahan jauh sebelumnya pada tahun 1955. Saat itu Brasil mengeluarkan biaya mencapai US$ 8,1 miliar dengan rencana penduduk 500.000 orang.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved