Pilpres 2019

Berhenti Dukung Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean Singgung Buzzer Setan Gundul

Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menyatakan berhenti mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Editor: Mohamad Afkar Sarvika
YouTube/TalkshowtvOne
Ferdinand Hutahaean 

Namun, kata dia, angka tersebut merupakan jumlah dukungan kader Partai Demokrat yang saat iut ingin berkoalisi dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Memang 62 persen kader kami menginginkan koalisi dengan Pak Prabowo dan sisanya menginginkan berkoalisi dengan Pak Jokowi," kata Ferdinand saat ditemui di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019) seperti dilansir TribunJakarta dari Kompas.com.

Enam Lapak Pemulung Dibakar di Pasar Minggu, Pelaku Melarikan Diri

Sejarah Kawasan Condet Identik dengan Toko Minyak Wangi

Akui Debat Panjang dengan Pimpinan KPK soal Teror, Pesan Najwa Shihab Disambut Tepuk Tangan Penonton

Lebih lanjut ia mengatakan, survei tersebut dilakukan pada bulan Agustus 2018 lalu.

Survei tersebut dilakukan guna menentukan sikap politik Partai Demokrat pada Pilpres 2019.

Hasilnya, 62 persen kader Partai Demokrat ingin merapat ke Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean saat ditemui awak media sebelum meninggalkan Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019).
Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean saat ditemui awak media sebelum meninggalkan Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

Hal itu lah yang mendasari dukungan Partai Demokrat kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Itu faktanya, bukan angka survei seolah-olah Pak Prabowo akan menang 62 persen. Itu harus diluruskan," ucap Ferdinand Hutahaean.

Mengenai adanya pernyataan 'setan gundul', Ferdinand Hutahaean mengaku telah berkomunikasi dengan Andi Arief.

Kepada Ferdinand Hutahaean, Andi Arief pun menyebut bahwa sangat tidak mungkin Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di angka 62 persen.

"Logikanya kalau Pak Prabowo kalah di beberapa provinsi di Jawa, Jogja, Jateng dan Jatim, saya belum tahu pastinya tapi infonya seperti itu, maka akan sangat tidak mungkin Pak Prabowo menang di angka 62 persen," terang Ferdinand Hutahaean.

"Karena 2009 SBY menang di Jawa saja hanya 60 persen. Menurut Andi Arief logikanya tidak masuk," sambungnya.

Enam Lapak Pemulung Dibakar di Pasar Minggu, Pelaku Melarikan Diri

KPK Disebut Cuma Mengandalkan Penyadapan dan OTT Berantas Korupsi

Pertanyaan Berkumur dan Menyikat Gigi Apakah Membatalkan Puasa? Begini Penjelasannya

Buka Puasa Pertama, Kapolresta Tangerang Ngeliwet Bareng Ratusan Santri

Simak, Niat dan Tata Cara Salat Tarawih Berjamaah maupun Sendiri

Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid meminta Andi Arief menjelaskan soal kelompok tertentu yang disebut memberikan informasi sesat ke calon presiden nomor urut 02.

"Nah yang jadi masalah koalisi setan gundul itu koalisi yang mana? Kita gak tahu, beliau (Andi Arief) yang harusnya menjelaskan," ujar Hidayat saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Menurut Hidayat, survei internal Demokrat justru pernah menyebut perolehan suara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mencapai 62 persen.

"Tentang 62 persen itu juga publik sudah membaca bahwa di internal Demokrat l, survei mereka menyebutkan bahwa Prabowo menang dengan 62 persen. Nah bagaimana itu?" ujar Hidayat saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Hidayat Nur Wahid
Hidayat Nur Wahid (YouTube)
Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved