Kisah Erwin Pendiri Kopi Tuli: Dulu Dibully, Kini Sukses Ajarkan Bahasa Isyarat Sambil Ngopi

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, LIMO - Sebelum kesuksesan menghampiri Erwin dan kedua temannya dalam membangun bisnis Kopi Tuli, ada jalan terjal yang harus dilalui mereka sebagai penyandang tuna rungu.

Dulu, Erwin pernah mendapatkan pengalaman tak mengenakkan yang membekas di benaknya lantaran pendengarannya terganggu.

Erwin mengakui sewaktu dirinya duduk di bangku SMP, ia pernah mengalami perundungan.

Masa kelam itu, lanjut Erwin, malahan membuatnya kuat dan belajar arti hidup sebenarnya.

Bagi dirinya, hidup adalah sebuah perjuangan.

"Saya sewaktu SMP masuk sekolah umum, di sana perundungan seringkali terjadi ke diri saya," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com pada Jumat (2/7/2019).

Sewaktu SMP, ia mengenakan alat bantu pendengaran. Namun, teman-temannya seringkali mengganggunya.

"Saya pernah digangguin sama teman SMP terus menerus saat sekolah. Alat pendengaran saya dipegang-pegang. Saya sempat sakit hati," terangnya.

Perundungan itu berlanjut terus hingga Erwin dijauhi oleh teman-temannya di sekolah.

"Saya jujur sendiri waktu itu, tidak ada teman-teman yang dekat. Tapi saya sabar dan enggak pikirin karena tidak ada yang bantu," ungkapnya.

Justru, keadaan itu membuat Erwin belajar mandiri selama hidupnya.

"Karena itu saya jadi mandiri dan menatap ke depan terus," bebernya.

Ditolak Melamar Kerja

Beranjak dewasa, diskriminasi masih terasa bagi Erwin (29) saat melihat dua temannya, Putri Sampaghita (28) dan Adhika Prakoso (28) sulit mendapatkan kerja.