HUT ke 74 Kemerdekaan RI

Cerita Sang Ibu Saat Hari Terakhir Bersama Paskibra Tangsel Aurel di Rumah: Dia Sudah Sangat Lelah

Memiliki hati sekuat baja, mungkin pantas disematkan kepada Sri Wahyuni, ibunda Aurellia Qurratu Aini.

Tribunjakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Sri Wahyuni dan Faried Abdurrahman, orang tua dari Aurellia Qurratu Aini, Paskibraka Tangsel yang meninggal saat masa diklat, di kediamannya di bilangan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (3/8/2019). 

Setelah satu jam bercerita, pelajar di SMA Islam Al-Azhar BSD Serpong itu masuk kamar Sri.

Sudah beberapa hari belakangan, Aurel memilih tidur bersama ayah dan ibunya.

"Waktu kita masuk kamar kita baru sadar badannya panas. Demam. Tapi tidak kami bangunkan karena kami anggap, kami masih berpositif thinking, itu proses metabolisme tubuh karena dia melakukan kegiatan fisik yang lebih dari biasanya," ujarnya.

Pukul 01.00 WIB, Jumat (1/8/2019) weker bunyi. Sri dan Aurel bangun.

"Jam 1 bangun karena wekernya, 31 juli itu dirobek bukunya. Dia bangun jam 1 saya bilang nak masih jam 1, dia tidur lagi. Weker berikutnya itu jam setengah 4 atau jam 3 saya nggak ingat," jelasnya.

Setelah itu Aurel keluar kamar tanpa membangunkan kedua orang tuanya.

Sri menjelaskan konteksnya, pada hari terakhir latihan sebelum meninggal dunia, buku harian Aurel disobek pelatihnya.

Ia harus menulis ulang diary yang merupakan tugas untuk selalu ditulis setiap hari.

Aurel memiliki PR menulis diary untuk 22 hari pelatihannya. Sedangkan per harinya Aurel harus menulis minimal dua lembar kertas.

"Dia keluar kamar mengisi buku harian untuk tanggal 31 Juli. Karena untuk buku harian dari tanggal sebelumnya yang dia harus salin ulang, dia sudah enggak terkejar waktunya. 22 hari dengan minimal dua halaman. Jadi sekian puluh halaman harus dia salin dalam waktu sangat singkat. Sudah tak terkejar," paparnya.

Tidak lama, Aurel jatuh di dapur. Sri menyebut suaranya kencang hingga membangunkan ia dan suaminya.

"Tidak lebih dari lima menit kami berusaha membangunkan dia, langsung kami bawa dia ke rumah sakit. Saat di dapur dia jatuh dia sudah tidak bereaksi," jelasnya.

Sampai rumah sakit, dokter menyebut fungsi otak Aurel berhenti.

"Dokter di UGD bilang fungsi otaknya sudah terhenti. Ikhlaskan. Kami masih bilang ke dokter, maksimalkan," ujarnya.

Alat pacu jantung tak berhasil membuat Aurel hidup. Sri hancur, sulung yang sangat dicintainya itu sudah tidak ada.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved