Rusuh di Papua
UPDATE Dugaan Perusakan Bendera Merah Putih di Asrama Mahasiswa Papua, Berbuntut Aksi Solidaritas
Aksi massa yang terjadi di Manokwari, Sorong, dan Jayapura itu diduga buntut dari dugaan persekusi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.
Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Kurniawati Hasjanah
Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Sandi Nugroho mengatakan, penyelidikan kasus dugaan penistaan simbil negara itu tetap berjalan.
Pihaknya akan membongkar siapa oknum yang melakukan perusakan bendera merah putih itu.
"Kami masih melakukan penyelidikan lanjutan sampai nanti bisa teridentifikasi siapa (pelaku perusakan bendera)," kata Sandi, Selasa (20/8/2019).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa sembarang menuduh orang tertentu melakukan perusakan bendera tanpa ada saksi dan alat bukti yang menguatkan.
"Kalau alat buktinya, tiang dan benderanya ada di kantor. Tapi kan kita tidak bisa nuduh orang kalau tidak ada saksinya," tuturnya.
Ia menambahkan jika pelapor yang melaporkan kasus dugaan perusakan dan pembuangan merah putih merupakan gabungan kelompok ormas di Surabaya.
"Menyebutnya adalah gabungan ormas Surabaya, yang terdiri dari FKPPI, ada FPI dan lain sebagainya. Laporannya hari Jumat (16/8/2019) malam," terangnya.
Sementara itu Pegiat HAM, Haris Azhar mengatakan bahwa aksi massa pada Senin (19/8/2019) kemarin merupakan suatu persoalan yang cukup serius bagi bangsa Indonesia.
"Di saat sedang merayakan 74 tahun kemerdekaan ternyata ada praktik rasisme," ujar Haris Azhar seperti dikutip TribunJakarta dari YouTube tvOnenews, Selasa (20/8/2019).
"Ini juga sebetulnya tidak bisa dilihat sebagai perisitiwa kecil yang terjadi ga bisa," tambahnya.
TONTON JUGA:
Menurutnya, rasisme adalah sesuatu yang sangat dibenci masyarakat global.
"Bahkan dalam banyak perisitiwa kalau lihat sejarah rasisme ini justru merubah tatanan menuju suatu pembaharuan," jelasnya.
Haris Azhar pun menyebut bahwa opini yang saat ini sedang dibangun yakni seolah-olah ada kejadian perusakan bendera hingga terjadi pengepungan asrama mahasiswa Papua.
"Kita gak clear sampai hari ini, gak jelas siapa yang buang bendera di mana dari video yang beredar itu siapa yang sudah periksa? di mana peristiwa itu terjadi, siapa yang melakukan, dan harus ditanya kenapa melakukan hal tersebut, bukan didatangi dikepung," tuturnya.
"Jika itu memang dianggap sebuah pelanggaran hukum harusnya tatacaranya seperti apa, kenapa datangnya harus pake senjata lengkap ramai-ramai," tambahnya.
(TribunJakarta/Kompas.com)