Pasang Surut Toko Kue Weiner Zaman Belanda di Senen: Pengaruh Runtuhnya Orde Baru dan Kompetitor
Toko kue legendaris Maison Weiner yang berada di Senen, Jakarta Pusat, seakan tak habis dimakan usia.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Sekarang, toko kue Weiner juga memasarkan kuenya ke sejumlah cafe di Jakarta.
Apapun alasan pasang surut usaha tokonya, Heru tetap menjaga keistimewaan dari kue yang disajikan.
Pantang untuk mengganti resep turun temurun yang diwariskan dari neneknya itu.
"Kalau kualitas bagus pasti rasa bagus. Saya harus menjaga resep, saya juga harus tahu kue yang dibikin dari negara mana,"
"Kalau itu udah kita kuasai saya rasa susah untuk jatuhnya," katanya mantap.
Bisa dibilang, lanjut Heru, toko kue tertua di Jakarta saat ini pantas disematkan kepada toko kue keluarganya itu.
Melihat Toko Kue Maison Weiner Legendaris Sejak Tahun 1936 di Senen, Pakai Resep Turun Temurun
Rumah bergaya tempo dulu begitu terasa tatkala menyambangi toko kue Maison Weiner yang telah berdiri sejak tahun 1936 itu.
Saat menyambangi toko itu, deretan aneka kue jadul Belanda tersaji di atas etalase toko.
Aneka kue itu di antaranya, Ontbijtkoek, kue soes, amandelbrood, sosisbrood, rum horen, dan marmer cake.

Beberapa nama roti itu barangkali asing di telinga pengunjung lantaran mengandung kata dalam Bahasa Belanda.
Semisal kata Brood yang dalam bahasa Belanda berarti roti.
Ada juga ontbijtkoek yang berarti kue sarapan pagi. Ontbijt dalam Bahasa Belanda berarti sarapan.

Pemilik toko Maison Weiner generasi ketiga, Heru Laksana (65) mengatakan awal berdirinya toko ini berasal dari usaha mendiang neneknya, Lee Liang Mey.
Saat itu, Lee hendak membuat toko kue namun belum tahu nama toko yang akan dipakai.
