Kisah Abah Idris, Pembuat Kapal Pinisi Bambu di Cilincing: Gigih Bekerja Meski Berusia 96 Tahun
Idris menggunakan penghasilannya dalam sehari berjualan untuk membayar biaya kontrakan dan makan
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Di usianya yang hampir seabad, Idris Sanusi (96) masih mampu membuat karya yang jarang bisa dibuat oleh sebagian besar orang.
Abah Idris, begitu dia biasa dipanggil, mampu membuat kapal Pinisi berbahan bambu yang diminati banyak orang dengan peralatan seadanya.
Apalagi, dia belajar hanya otodidak tanpa ada orang yang mengajarinya.
Raga Abah Idris memang kian ringkih dan lunglai, namun api semangatnya untuk terus bekerja belum turut meredup.
Api semangat itu masih terus menyala hingga saat ini.
Gairah kerja itu yang belum tentu dimiliki oleh sebagian besar orang saat menginjak usia seperti Abah Idris.
Di dalam rumah kontrakannya yang berukuran 10 meter persegi, Idris tinggal bersama istri Mariyah (65) dan Jaya (40), anak keduanya.
Ruangan layaknya studio kecil itu, hanya terdapat satu WC.
Sementara dapur dan ruang televisi yang menyatu dalam satu ruangan, turut diisi dengan tempat tidur bertingkat.
Di rumah mungil itu juga lah, Idris memanfaatkan ruang sempit menjadi bengkel pribadinya.
Ia merakit karyanya berupa kapal pinisi dan musala di ruang televisi itu.
Terlihat kakek bercucu delapan ini meletakkan perkakas berupa obeng, gergaji, hingga pisau untuk membuat kapal di bawah meja televisi.
Sejumlah kapal pinisi, musala maupun potongan-potongan bambu berbentuk layar pun tergeletak sembarang di kasurnya maupun di sekitar ruang tamunya itu.
Gigih Kerja Cari Nafkah
