Cerita Aaro Chan, Bikers Bergaya Punk Rock Rider Keliling Ibu Kota Bareng 3 Monyet
Di bawah pepohonan rindang, tiga monyet kecil bergaya punk rock duduk santai di atas motor besar hitam.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Sebagai gantinya, Aaro memilih monyet ekor panjang untuk dipelihara.
"Akhirnya gue pelajari bagaimana punya monyet ekor panjang tapi kayak simpanse," ungkapnya.
Sekitar tahun 2011, ia memulai merawat monyetnya yang bernama Cio dengan berbagai pakaian yang dirancangnya sendiri.
Jadi Monkey Stylist Pertama

Aaro tertarik merancang busana untuk monyet lantaran terinspirasi dari seorang pengamen di jalan.
Ketika di sebuah warung, Aaro melihat seorang pengamen membawa monyetnya berkeliling dengan mengenakan popok.
"Dari situ terinspirasi untuk membuat busana. Didorong juga dari film-film tentang simpanse yang mengenakan busana manusia," tambahnya.
Aaro mendesain aneka baju yang dikenakan oleh manusia untuk Cio.
Mulai baju, celana, jaket hingga pampers ia rancang dengan gaya funky nan nyentrik.
Gaya pakaian yang digunakannya pun mengikuti zaman yang kekinian.
Yang terunik, ia merancang busana yang dinamakan punk rock rider.
"Kalau monyetnya telanjang aja kan enggak keren, jadinya gue yang desain. Alhamdulilah teman-teman dan komunitas pada senang," lanjutnya.
Selain mendesain baju, Aaro juga mengajari monyet itu untuk patuh dengannya.
Misalnya, ia melatih bagaimana duduk menggunakan bahasa Inggris dan meminum dari botol sendiri.
Aaro menjadi pelopor desain baju untuk primata monyet di Indonesia.