Politikus Gerindra Prihatin Masih Ada Warga Jakarta Buang Air Langsung di Kali

Politikus Gerindra Syarif prihatin lantaran masih ada warga Jakarta yang belum memiliki sanitasi yang baik.

TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA
Permukiman padat penduduk di Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara. Di sini warga terpaksa membuang kotoran di aliran kali. 

Didit mengatakan, rencananya di kawasan tersebut pihaknya akan membangun dua septic tank komunal.

Hal itu lantaran terbatasnya lahan di permukiman yang berada di bantaran Kali Sekretaris itu.

"Satu septic tank komunal itu kan bisa buat 10-15 rumah. Jadi untuk di Tanjung Duren Utara itu rencananya akan dibangun dua titik septic tank komunal disana," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, ratusan warga di Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara selama belasan tahun terpaksa membuang tinja mereka ke aliran kali.

Hal itu lantaran toilet milik warga belum ada yang memiliki septic tank.

Lokasi toilet warga itu memang berada tepat di depan Kali Sekretaris atau hanya dipisahkan gang selebar satu meter saja.

Mereka menyambungkan closet dengan pipa paralon ke bibir kali sehingga tinja mereka langsung jatuh ke kali selebar dua meter tersebut.

Karenanya tak jarang warga melihat ada kotoran mengambang di kali saat tengah berada di depan rumahnya.

Belum Miliki Septic Tank, Warga di Tanjung Duren Jakarta Barat Terpaksa Buang Kotoran di Kali

Permukiman padat penduduk di Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara. Di sini warga terpaksa membuang kotoran di aliran kali.
Permukiman padat penduduk di Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara. Di sini warga terpaksa membuang kotoran di aliran kali. (TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA)

Belum adanya ketersediaan jamban sehat masih menjadi permasalahan yang ditemui di Jakarta Barat.

Salah satu permukiman padat penduduk yang belum memiliki jamban sehat terdapat di RT 15 RW 7 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan Jakarta Barat.

Mereka adalah warga Gang Sekretaris I yang berbatasan langsung dengan Kali Sekretaris, tak jauh dari Jalan Tol Jakarta-Tangerang.

Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, permukiman padat penduduk ini memenuhi sepanjang gang di bantaran kali sekitar 100 meter dengan lebar gang hanya satu meter.

Di tiap permukiman ini, satu toilet yang kondisinya sangat sempit dan kumuh digunakan oleh beberapa kepala keluarga.

Ironisnya, lantaran tak memiliki septic tank, kotoran dari toilet dialirkan langsung ke aliran kali yang berjarak hanya dua meter menggunakan pipa paralon.

Karenanya, tak heran ketika warga sedang berkumpul di teras rumah, mereka melihat kotoran mengambang di bibir kali.

Ketua RT 15 RW 07 Tanjung Duren Utara, Sitanggang membenarkan masih banyak warganya yang belum memiliki jamban sehat.

"Mereka memiliki jamban, cuma sistemnya sistem helikopter dalam arti mereka punya kamar mandi tapi pembuangannya langsung ke kali," kata Sitanggang di permukiman warga, Jumat (4/10/2019).

Sitanggang tak merinci berapa jumlah Kartu Keluarga (KK) di wilayahnya yang tak memiliki jamban sehat.

Sebab, layaknya permukiman padat penduduk pada umumnya, satu rumah selalu dihuni atas beberapa KK. Belum lagi banyak dari penyewa rumah yang tak pernah melapor ke pihak RT.

"Di sini warganya ada sekitar 150 KK, jadi yang enggak punya jamban sehat itu ada 20 sampai 30 KK, itu yang terdaftar, yang lainnya saya kurang tahu," katanya.

Ketua RT Tanjung Duren Utara Pertanyakan Wacana Pembangunan Septic Tank Komunal

Ketua RT 15 RW 7 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Sitanggang, mengaku sudah ada pembahasan dengan pihak Kelurahan untuk pembangunan septic tank komunal di wilayahnya.

Hal tersebut terkait banyaknya warga di wilayahnya yang membuang tinja mereka ke aliran Kali Sekretaris.

"Memang sudah ada pembicaraan soal itu. Karena disini warganya punya jamban yang kita sebut jamban helikopter karena kotorannya itu dibuang ke kali," kata Sitanggang ditemui di rumahnya, Jumat (4/10/2019).

"Kalau saya dengar nanti akan ada septic tank komunal, jadinya bisa disaring jadi bersih yang bisa digunakan kembali semisal untuk menyiram bunga," ujarnya.

Ibu Ini Terkejut Bukan Main, Baru Berusia 5 Hari Bayinya Sudah Alami Menstruasi, Ini Penyebabnya

Gerindra Ungkap Kenaikan Anggaran TGUPP Era Anies: Antisipasi Kemungkinan Anggota Bertambah

Ramalan Zodiak Cinta Besok, Rabu 9 Oktober 2019: Taurus Masalah Memuncak, Hubungan Gemini Membaik

Minta Maaf ke Cita Citata, Yusuf Oeblet Singgung Honor Tinggi: Bayaran Kami Gak Ada Se-Tahi Kukunya

Namun, ia menyebut belum ada kepastian kapan pembanguan septic tank di wilayah itu akan mulai dikerjakan.

Termasuk soal lokasi yang dipilih untuk dibangunnya septic tank mengingat terbatasnya lahan di lokasi tersebut.

"Tahu sendiri ini kan tidak ada tempatnya mau taru dimana, itu yang kita rapatkan kemarin. Jadi segala sesuatu saya minta jelas," ujarnya.

Selain soal lahan, ia juga menanyakan terkait perawatan septic tank untuk jangka panjangnya.

"Perawatannya gimana itu, apakah warga yang patungan atau tetap dibantu pemerintah," kata Sitanggang.

Sementara itu, Hartini salah satu warga di RT 15 RW 7 mengaku tak masalah bila warga diharuskan patungan tiap bulannya untuk perawatan septic tank.

"Kalau pun nanti harus patungan untuk biaya perawatan dan penyedotan tinjanya warga setuju, karena disini kan satu toilet juga dipakai ramai-ramai. Yang penting dibuatin dulu karena itu yang mahalnya," ucapnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved