Densus 88 Geledah Terduga Teroris di Sukoharjo: Temukan Buku Terorisme ISIS, Pengakuan Ketua RT

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menggeledah sejumlah rumah di Sukoharjo dalam dua hari. Terkait terduga teroris.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunSolo.com/Agil Tri
Personel Polres Sukoharjo bersenjatakan lengkap mengawal Densus 88 yang membawa barang bukti usai penggeledahan di Dukuh Waringinrejo, RT 02 RW 22, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Rabu (16/10/2019) 

"Ada beberapa buku yang diamankan tentang terorisme di Suriah dan Irak (ISIS)," ungkapnya.

"Juga beberapa buka tentang jihad," imbuh dia menekankan.

Namun soal barang lain yang disita Densus 88, pihaknya tidak mengetahui secara pasti.

"Barang-barang dimasukkan di sebuah kantong yang dibawa polisi," jelasnya.

Kabagops Polres Sukoharjo, Kompol Teguh, mewakili Kapolres Sukoharjo AKBP Bambang Yugo mengatakan, Polres Sukoharjo hanya membantu pengamanan.

"Kita hanya bantu pengamanan, jumlah personel dari Polres Sukoharjo dan Polsek Grogol ada 50 anggota," katanya.

Penggeledahan di Cemani sendiri dilakukan di dua lokasi berbeda.

Sebelumnya, rumah yang digeledah Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Dukuh Waringinrejo RT 02 RW 22, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo dipastikan ditempati terduga teroris berinisial AS (35).

Menurut Ketua RT 02, Tri Kasyanto, rumah yang digeledah Pasukan Burung Hantu dari Mabes Polri itu merupakan milik warga setempat bernama Danang Winarko.

"Disini dia (AS) cuma menumpang, aslinya warga Kauman (Solo)," katanya ditemui disela-sela penggeledahan, Rabu (16/10/2019).

Menurut Tri, AS ditawari Danang untuk tinggal di rumahnya karena kasian dengan AS.

"Tidak ngekost, dia dulu tetangganya Mas Danang di sana (Solo), terus suruh tinggal di sini," imbuhnya.

Dia mengungkapkan, AS yang sudah ditangkap Densus 88 tinggal rumah di rumah Danang setelah Lebaran pada Juli lalu.

Meski telah menyerahkan identitas diri kepada Ketua RT setempat, AS tidak pernah bersosialisasi dengan warga.

"Pekerjaannya saya kurang tahu, ada yang bilang serabutan, ada yang bilang penjual boneka di Pasar Klewer," ungkapnya.

"Sama warga gak pernah bersosialisasi," jelasnya menegaskan.

Rumah Lain Digeledah Densus 88

Penggeledahan rumah terduga teroris tidak hanya menyasar kediaman yang ditempati AS di Dukuh Waringinrejo, RT 02 RW 22, Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Tetapi Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menggeledah rumah lain yang berjarak 200 meter dari AS yakni milik mertua KH (44) di RT 04 RW 21.

Menurut Kepala Desa Cemani, Hadi Indrianto, di TKP pertama merupakan rumah milik Danang Winarko di Dusun Waringinrejo, RT 02 RW 22, Desa Cemani.

Rumah tersebut pernah ditempat terduga teroris berinisial AS warga Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.

Hasilnya Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menyita sejumlah barang, di antaranya buku-buku tentang jihad dan terorisme yang berkaitan dengan ISIS.

"Ada beberapa buku yang diamankan tentang terorisme di Suriah dan Irak (ISIS)," ungkapnya, Rabu (16/10/2019).

"Juga beberapa buka tentang jihad," imbuh dia menekankan.

Lantas Densus 88 menggeledah rumah milik mertua KH (44) di RT 04 RW 21 Desa Cemani.

Rumah penggeledahan yang pertama dan kedua jaraknya tidak begitu jauh, hanya berjarak sekitar 200 meter.

"Tadi di sini ditemukan pamflet dan ada beberapa buku yang mengarah tentang ajaran jihad juga," imbuhnya.

Ramalan Zodiak Cinta Besok, Kamis 17 Oktober 2019: Kehidupan Romantis Taurus Terabaikan

Kecelakaan Truk Vs Innova di Perlintasan KA Tulungagung: Ada Ibu Melahirkan di Dalam Mobil

Ajakan Nikah Ditolak, Pria Ini Cekik Janda Pemilik Warkop: Sang Anak Temukan Ibunya Tewas di Lantai

Tumpukan Sampah Bambu di Bendungan Koja Kali Cikeas Jatiasih Terjadi 9 Kali Dalam Setahun Terakhir

Menurutnya, KH bukan warga asli Cemani, tapi dia warga Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, yang beberapa waktu terakhir tinggal bersama mertuanya di Cemani.

"Dia belum lama disini, baru beberapa bulan," jelasnya.

"Orangnya tertutup, diundang pertemuan warga gak pernah datang," aku dia menerangkan.

Kesehariannya, KH bekerja sebagai tukang bangunan dan terkadang menjadi tukang cat.

Hadi tidak begitu mengetahui kapan para terduga teroris itu ditangkap oleh petugas, namun dari informasi yang dia dapatkan, penggeledahan ini sudah dari hasil pengembangan.

"Penangkapan tidak tahu, katanya penangkapan kemarin, dan ini pengembangannya," imbuhnya.

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, kedua terduga teroris ini memiliki keterkaitan dengan jaringan bom di Pos Pengamanan Tugu Kartasura. (*)

Geledah Lima Rumah

Densus 88 Antiteror Mabes Polri dalam dua hari ini menggeledah lima rumah yang dijadikan tempat tinggal terduga teroris di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Pada Selasa (15/10/2019), densus menggeledah tiga rumah kost yang di sewa tiga terduga terorisme jaringan Bekasi berinisial AK (31), J (36), dan S (28).

Mereka menyewa kamar kost di Dukuh Serongan RT: 01 / RW: 02, dan Dukuh Ngemplak RT: 01 / RW: 01, Desa Mayang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

Dan satu lokasi di Dukuh Tegalrejo, RT 02 / RW: 05, Desa Purbayan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Dari tiga lokasi itu, Densus menyita sejumlah barang bukti seperti proyektil peluru, buku, senjata tajam, telepon seluler.

Keesokan harinya, Densus kembali melakukan penggeledahan di dua rumah yang berada di RT: 02 / RW: 22 dan RT: 04 / RW: 21, Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Diketahui kedua tempat itu pernah ditinggali terduga teroris berinisial AS (35) dan KH (44).

Kedua terduga teroris ini memiliki keterkaitan dengan jaringan bom di Pos Pengamanan Tugu Kartasura.

Dari kedua lokasi tersebut, Densus menyita sejumlah buku yang mengarah pada radikalisme.

Pengamat teroris, Amir Mahmud mengatakan dengan adanya penangkapan ini menunjukan jika radikalisme itu masih eksis, dan gerakannya senyap.

Dia menilai, banyaknya lokasi di Kabupaten Sukoharjo yang digeledah densus ini karena kawasan sukoharjo memiliki geografis yang strategis.

"Sukoharjo sangat strategis, mobilitas dari Sukoharjo ketempat lain sangat mudah, sehingga para teroris ini tidak perlu menggunakan HP untuk saling berkomunikasi, jadi meraka bisa melakukan kegiatan dengan sembunyi-sembunyi," katanya saat dihubungi TribunSolo.com Rabu (16/10/2019).

Selain itu, untuk kawasan Sukoharjo yang berbatasan derngan Solo juga memiliki historis dengan kegiatan radikalisme.

"Solo dan Sukoharjo ini kan juga sumbu pendek, ditambah disini banyak jaringan radikal dari berbagai jenis," imbuhnya.

Dia menghimbau kepada masyarakat untuk turut membantu aparat kepolisian dalam memerangi kegiatan terorisme ini.

"Masyarakat juga harus ikut memantau kegiatan warganya, dan jika ada pendatang baru harus didata, asal usulnya harus jelas."

"Dan jika menemukan kegiatan yang mencurigaka, dan mendapati barang bukti, bisa segera dilaporkan kepada petugas kepolisian," pungkasnya. (TribunSolo.com)

Sumber: Tribun Solo
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved