Polemik Pembangunan Hotel di TIM
Pembangunan Hotel di TIM Tak Direstui, DPRD Pangkas Anggaran Jakpro Rp 400 M
DPRD DKI Jakarta kembali melanjutkan proses pembahasan APBD 2020 dalam rapat Badan Anggaran (Banggar).
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Diberitakan sebelumnya, para seniman di TIM belum diajak diskusi oleh pihak Jakpro.
Demikian dikatakan pegiat seni di TIM, Imam Ma'arif, saat dihubungi TribunJakarta.com, Senin (25/11/2019).
"Belum diajak diskusi. Teman-teman seniman tidak ada yang diajak diskusi sama mereka," ucap Imam, sapaannya.
Menurut Imam, revitalisasi hotel di TIM yang menjadi polemik ini harus dibicarakan dengan para seniman.
"Apapun alasan mereka (Jakpro), wajib dibicarakan dengan seniman. Revitalisasinya seperti apa dan bagaimana," ucap Imam.
"Memang membutuhkan ruang yang standar internasional. Artinya perlu juga dibicarakan dengan seniman," dia menambahkan.
Kata Imam, ada seorang seniman ditunjuk sebagai konseptor revitalisasi bangunan TIM.
Pun tak ada yang namanya komponen hotel bintang dalam pembahasan.
"Tidak ada yang namanya hotel bintang lima. Saya tegaskan, itu tak ada sama sekali," ucapnya.
Corporate Secretary PT Jakpro, Hani Sumarno, mengatakan tidak benar adanya seniman di area Taman Ismail Marzuki (TIM) tak diajak berdiskusi.
Sebab sebelumnya, beberapa seniman di area TIM mengatakan tak diajak pihak Jakpro guna berdiskusi ihwal revitalisasi tempat kesenian tersebut.
"Dari awal, sebelum ground breaking, diskusi itu sudah berkali-kali dengan teman-teman," ucap Hani, saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).
"Bahkan, kontribusi investasi kesenian, dalam pengelolaan kesenian di kawasan TIM ini di-create bersama DKJ (Dewan Kesenian Jakarta)," sambungnya.
Hani pun tak tahu semisalnya ada kelompok seniman yang tidak dilibatkan dalam diskusi tersebut.
"Saya kurang tahu. Tapi untuk bisa mengenali satu per satu yang kemudian tidak terlembagakan, ya kami juga perlu masukan. Karena kalau tidak ada yang diajak diskusi, siapa," tanya Hani.