Soroti Fenomena Kerajaan Palsu, Dedi Mulyadi Sebut Sudjiwo Tedjo Jadi Penyebab: Kurang Produktif
Mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyani sebut Sudjiwo Tedjo jadi satu di anatara penyebab munculnya kerajaan-kerajaan fiktif di tanah air.
Penulis: Muji Lestari | Editor: Rr Dewi Kartika H
SIMAK VIDEONYA:
Dedi Mulyadi Berharap Para Anggota Birokrasi Tiru Kreativitas Kerajaan Palsu
Munculnya sejumlah kerajaan baru di beberapa daerah di tanah air sontak menjadi perhatian publik.
Bahkan mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi ikut menyoroti fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru tersebut.
Terlebih setelah kerajaan bernama Sunda Empire di daerah Bandung muncul.
• Dirinya Disebut Tak Mengenal Sejarah oleh Petinggi Sunda Empire, Roy Suryo Sontak Terbahak: Halu Ini
Menanggapi fenomena munculnya kerajaan baru di Indonesia, Dedi Mulyadi justru mengatakan para birokrat harusnya mengambil pelajaran dari fenomena tersebut.
Bahkan Dedy berharap para anggota birokrasi bisa meniru apa yang dilakukan oleh para anggota kerajaan tersebut.
Hal itu disampaikan Dedi Mulyadi saat hadir di program acara Indonesia Lawyes Club (ILC), Selasa (21/1/2020).
Menurutnya, kalangan birokrasi sebaiknya mengambil pembelajaran dari fenomena yang sedang terjadi.
"Dalam perspektif ini saya melihat bahwa justru kita kalangan birokrasi harus mengambil pembelajaran," ujar Dedy.
Dedy mengaku sejak fenomena kerajaan-kerajaan baru mulai bermunculan, ia mencoba berdiskusi dan melihat dari sudut pandang nilai seninya.
"Saya Diskusi dengan teman-teman soal tata nilai seninya,"
"Misalnya rombongan atau helaran pawainya itu cukup menarik, pakaiannya cukup menarik, penataan upacaranya relatif apik, sampai ajudan rajanya juga hebat, pakaian rajanya juga bagus," terang Dedy.
• Gara-gara Utang Rp 4.500, Mariadi Nekat Tusuk Tetangganya: Sakit Hati dengar Ucapan Ibu Korban
Menurutnya para anggota birokrasi harusnya tidak boleh kalah bersaing dengan kerajaan-kerajaan tersebut.
Dedy mengungkapkan para anggota dari kalangan birokrasi seharusnya bisa tampil lebih menarik daripada kerajaan-kerajaan fiktif tersebut.