Stasiun MRT Fase ke-2 Dilakukan, Pasang Sensor Deteksi Gempa
Effendi menyatakan, pihaknya yang bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan memasang sensor pendeteksi gempa
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
"Apalagi sekarang Kementerian PUPR sedang menyiapkan sebuah manual terowongan khusus untuk konstruksi MRT," ujar dia.
Effendi pun berharap manual terowongan besutan Kementerian PUPR ini dapat diperhitungkan.
"Ini dapat diperhitungkan. Mudah-mudahan sanaada satu sistem modeling yang bisa dilihat dan berjalan baik," ucapnya.
Kedalaman Tanah di Jakarta Utara 40 Meter
Effendi mengatakan, pembangunan stasiun MRT bawah tanah di Jakarta Utara kedalaman tanahnya mencapai 40 meter.
"MRT fase dua mulai dikerjakan, itu 30 sampai 40 meter terowongannya masuk ke kawasan Jakarta Utara," ucap Effendi, saat dihubungi, Jumat (7/2/2020)
Pihak MRT Jakarta pun melibatkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk proses pembangunan fase dua.
Sebab, menurut Effendi, pembangunan stasiun MRT bawah tanah di Jakarta Utara harus mengantisipasi gejala alam.
BMKG dipercaya sebagai mitra yang dapat memberikan informasi lebih dini ihwal gejala cuaca tersebut.
"Tentu, hal seperti ini perlu diantisipasi lebih awal. Ini kan ada fenomena alam baru," ucap Effendi.
"Sekarang MRT lebih melakukan antisipasi saat konstruksi. Karena kami juga melihat kedalaman tanahnya maksimal 40 meter," sambungnya.
Kerja Sama dengan BMKG
PT MRT Jakarta resmi bekerjasama dengan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan.
Kolaborasi ini menyepakati (pemanfaatan informasi dan peringatan dini di Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
Serta dimaksudkan ssebagai mendukung keselematan dan kelancaran kegiatan operasional moda ransportasi kereta cepat.