Kisah Pilu Pria Tuna Netra di Cianjur, Rumah Dibakar Anak Gara-gara Tak Dibelikan Motor
Kisah pilu datang dari seorang pria berumur 70 tahun berinisial A. Rumah dibakar sang anak dan diancam dibunuh.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Wahyu Aji
Kondisinya cukup prihatin karena harus tinggal di rumah panggung dan hasil dari buruh hanya cukup untuk makan sehari-hari untuk anak dan istrinya.
Terbakarnya rumah A sangat disayangkan oleh para tetangganya.
Mereka cukup prihatin dengan keadaan A yang tak bisa melihat ditambah penderitaannya saat ini karena rumahnya dibakar.
Kepala Desa Sukaraharja, Saefuddin, mengatakan, ia akan menjemput A di persembunyiannya di Campaka dan sementara akan disuruh tinggal dengan kerabatnya.
"Di kampung ini ada adiknya, sementara akan disuruh tinggal di sana," kata Saefuddin.
Ia mengatakan, sebelum membakar rumah orangtuanya, M (27), sempat mengancam akan membunuh A (70), ayahnya sendiri.
A sempat kabur ke daerah Kecamatan Campaka karena takut dibunuh anaknya itu.
"Jadi saat rumahnya dibakar, A sedang tidak berada di rumah, ia kabur ke daerag Kecamatan Campaka karena diancam akan dibunuh," ujar Saefuddin yang akrab disapa H Abo melalui sambungan telepon, Jumat (3/4/2020).
Kondisi Pelaku

Kondisi psikologis remaja yang membakar rumah ayahnya sendiri diduga sedang labil.
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, H Saefuddin, Jumat (3/4/2020).
"Latar belakang pendidikan juga tak ada, ia putus sekolah dan langsung ikut bekerja menjadi buruh," ujar Saefuddin.
• Ramalan Zodiak Cinta Besok Sabtu, 4 April 2020: Aries Ekspresikan Perasaanmu, Gemini Jaga Emosi
• Sudah Bertanding dan Latihan Sebulan Penuh, Eks Persija Jakarta Kecewa Gajinya Dipangkas 75 Persen
• Pengurus Masjid Luar Batang Akan Buat Surat Resmi Soal Salat Jumat Ditiadakan Selama Pandemi Corona
• Tidak Ada Pemakaman Khusus Covid-19 di Kota Tangerang, Tempat Persemayaman di TPU Ini
• Fakta Tragedi Penikaman Pemilik Warkop di Batam, Pelaku Geram Korban Ikut Melerai Pertikaian
Ia mendengar dari warga bahwa kekesalan sang remaja tersebut dipicu oleh keinginan mendapat uang untuk membeli motor.
"Ia saya mendengar seperti itu, tapi kalau melihat latar belakang pendidikan dan emosi yang tak stabil bisa juga," katanya.
Ia mengatakan, sempat menjemput sang remaja untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Hal itu dilakukan agar tak mengganggu kondusivitas warga kampung lainnya pasca peristiwa kebakaran.