Virus Corona di Indonesia
Jadi Penjual Masker, Siasat Pedagang Bertahan Hidup di Masa Pandemi Corona
Arbi berjualan massker di perbatasan antara wilayah Tangerang Kota dan Jakarta Selatan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Sudah tiga hari Arbi berjualan di sana.
Ia membeli empat lusin masker kepada kerabatnya.
Satu masker seharga Rp 2.500.
Arbi menjual dua masker seharga Rp 15.000, ia bisa mengambil untung Rp 5.000 per masker.
Ia harus mencari cara tetap mendapatkan penghasilan di tengah pandemi corona atau Covid-19 yang bikin orang-orang kecil merana.
"Baru tiga hari ini saya jualan masker. Dari pada enggak ada kegiatan. Kita kan juga butuh makan," ungkap Arbi kepada TribunJakarta.com di tepi Jalan Ciledug Raya pada Minggu (12/4/2020).

Sebelum jual masker, Arbi mencari nafkah berdagang sayuran di Pasar Malam.
Namun, belakangan ini, pedagang tidak boleh berdagang sampai malam hari.
Kini, ia bergantung pada pendapatannya berjualan masker. Pria asal Kota Padang, Sumatra Barat itu harus menghidupi ketiga anaknya. Apalagi, mereka semua disekolahkan Arbi.
"Masalahnya saya punya anak 3, butuh biaya gede untuk sekolah mereka. Apalagi yang paling besar sedang kuliah," katanya.
Sebelum pandemi datang, Arbi biasanya mendapatkan pendapatan Rp 200 ribu dalam sehari dari berjualan sayur.
Kini, paling hanya sekitar Rp 100 ribu.

Tak jauh dari Arbi berjualan, Cio (46) dan anaknya, Rafli (21) juga berjualan masker.
Masker-masker scuba yang dijualnya digantung di teralis. Teralis itu dipajang di bagian samping bodi motor bebeknya.
Berbeda dengan Arbi yang baru itungan hari berjualan masker, Cio sudah dua minggu berjualan masker bersama anaknya.