Saking Sepinya Penumpang, Ojek Ini Tulis 'Tarif Terserah Penumpang'
Pria yang memiliki empat orang anak ini menjelaskan alasan mengapa tarif terserah penumpang
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Erik Sinaga
"Sejauh ini, penumpang saya selalu membayar dengan nominal yang cukup-lah untuk makan," ujar Mulyadi.
"Mohon maaf ya, saya tidak bisa kasih tahu nominalnya berapa," sambungnya.
Mulyadi mulai beroperasi sejak pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB.
Dia kerap mangkal di depan halte TransJakarta Dukuh Atas.
Motornya dibiarkan terparkir di pinggir jalan Sudirman.
"Kalau hari ini, saya sudah antarkan dua penumpang. Ada yang ke Jalan Karet (Jakarta Pusat) dan stasiun Sudirman)," ujar Mulyadi, yang bertempat tinggal di kawasan Setia Budi, Jakarta Selatan.
Mulyadi telah bekerja sebagai ojek pangkalan sejak 1980 silam.
Sejauh ini, lanjutnya, penghasilan dari pekerjan tersebut terasa kurang cukup menghidupi keluarga.
"Kalai untuk diri sendiri ya cukup. Tapi kalau untuk empat anak dan istri, saya kira kurang," jelas Mulyadi.
Meski begitu, dua dari empat anak Mulyadi telah bekerja dan berpenghasilan sendiri.
Sementara dua anak lainnya masih mengenyam pendidikan sekolah.
• Sambut Ramadan, Alfamart dan Indomaret Berikan Promo dan Diskon: Ada Kebutuhan Sahur dan Buka Puasa
• Mantan Ketum PPP Romahurmuziy Bebas Pekan Depan: Hukuman Penjara Dikurangi 1 Tahun
• Hari Pertama Puasa Ramadan, Berikut Doa Buka Puasa Serta Niat Salat Tarawih dan Salat Witir
Dia berharap, agar ke depannya lebih banyak penumpang yang menggunakan jasanya.
"Semoga banyak penumpang yang mau saya antar, bayar berapa pun saya ikhlas," kata Mulyadi.
"Penumpang jangan takut virus corona, saya selalu pakai masker dan sarung tangan," tutupnya.