Tiga Pemudik Nakal Dihukum Karantina di Rumah Hantu: Didatangi Hantu, Ini Kata Kepala Desa
Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM- Tiga pemudik nakal di Sragen akhirnya menyerah setelah ditempatkan di rumah 'hantu'.
Ketiga pemudika itu dikarantina di rumah berhantu karena tidak tertib saat menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Rumah berhantu tersebut disiapkan perangkat desa dan siapkan 'dihadiahkan' kepada siapa saja yang membandel. Simak selengkapnya:
1. Tidak tertib isolasi mandiri
Ketiga pemudik tersebut tidak sekonyong-konyong ditempatkan di rumah berhantu di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Mereka diharuskan menjalani karantina di sana karena tidak tertib saat isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Kepala Desa Sepat, Mulyono mengatakan, tiga pemudik tersebut merupakan warga Desa Sepat.
Mereka baru pulang mudik masing-masing dari Jakarta, Lampung dan Kalimantan.
Karena dianggap tidak tertib saat menjalani karantina mandiri di rumahnya masing-masing, ketiganya dijemput tim Satgas Covid-19 Desa Sepat.
2. Dua hari didatangi sosok bayangan
Ketiga pemudik tersebut akhirnya menyerah karena mendapati bahwa rumah tersebut benar-benar 'berhantu'.
Baru beberapa hari menjalani karantina di rumah hantu, ketiga pemudik meminta dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).
3. Orang tua ikut memohon
Setelah kejadian itu, orangtua para pemudik menemui Mulyono tiga kali memohon agar anaknya dapat menjalani karantina mandiri di rumah selama 14 hari.
Mulyono tidak begitu saja mengabulkan permohonan mareka.
Akhirnya dengan petimbangan dan komitmen orangtua untuk mengawasi anak-anaknya karantina mandiri di rumah, ketiganya dilepaskan untuk menjalani karantina di rumah.
"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," ujar dia.
4. Apa itu rumah hantu?
Mulyono mengatakan, rumah hantu yang disediakan untuk karantina bagi pemudik bandel tersebut memanfaatkan bangunan bekas gudang tas. Gudang tas ini sudah sekitar 10 tahun dibiarkan kosong.
"Niat kita membuat rumah hantu ini adalah untuk karantina bagi pemudik yang bandel menjalani karantina mandiri di rumah," ungkap dia.
Mulyono berharap, dengan adanya kejadian pemudik yang didatangi sosok hantu saat menjalani karantina di rumah hantu, tidak ada lagi pemudik yang bandel.
Pemudik yang baru pulang mudik dari perantauan diharapkan bisa menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari dengan tertib.
Sebelumnya, media sosial diramaikan video viral seorang pemuda yang nekat mudik dilarang sang ayah masuk ke dalam rumah.
Sang ayak memilih menutup pintu pagar ketika anaknya membawa tas ransel bersama istrinya berada di depan rumah.
Sang ayah melakukan hal tersebut karena takut terkena virus corona atau Covid-19.
Terlihat keduanya meributkan kenekatan sang anak yang mudik di tengah pandemi corona.
Ia lalu menyuruh anaknya menjalani pemeriksaan dan melakukan karantina.
Ternyata, kejadian itu merupakan film pendek bagian dari kampanye tidak mudik saat Lebaran.
Durasi film pendek yang hanya 29 detik dengan penempatan kamera yang agak miring ternyata tak mengurangi keberhasilan film besutan relawan Covid-19 di Desa Tegal Arum.
Film itu sorotan warganet di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Video pendek yang mengambil lokasi syuting di Desa Tegal Arum, Kabupaten Magetan, tersebut diunggah oleh pemilik akun KinG”s Rooster di media sosial Facebook pada 19 April 2020 pukul 20.40 WIB.
Hingga Rabu (22/4/2020), unggahan tersebut telah dilihat 411.748 warganet, ditanggapi 636, serta dikomentari sebanyak 130 komentar.
Sekretaris Desa Tegal Arum, Suwardi, saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (22/4/2020) mengatakan, film pendek tersebut merupakan ide dari para relawan gugus Covid-19 di Desa Tegal Arum agar warga desa itu tidak mudik saat Lebaran selama pandemi virus corona.
“Saya juga ikut main di film tersebut,” ujar dia.
Diangkat dari realitas Meski bisa dikatakan tindakan seorang bapak tersebut tidak etis, tetapi siapa sangka bahwa kejadian yang digambarkan dalam film tersebut merupakan gambaran nyata di Desa Tegal Arum.
Suwardi mengatakan, sejumlah kejadian seperti film tersebut sudah sering didapati jika ada tamu dari luar desa yang enggan mematuhi aturan cuci tangan sebelum bertamu.
Hampir semua rumah warga di Desa Tegal Arum dilengkapi dengan sabun dan hand sanitizer.
“Menutup pagar itu realitas di sini. Kemarin ada pengantar paket yang tidak boleh masuk rumah karena belum cuci tangan,” imbuh dia.
Suwardi mengaku, sosialisasi tidak mudik saat Lebaran melalui film pendek ternyata cukup efektif memberikan pemahaman kepada lebih dari 350 warga Desa Tegal Arum yang bekerja di sejumlah kota besar, seperti Surabaya, Jakarta, dan bahkan di luar negeri seperti Korea.
Kemudahan jaringan internet membuat ratusan warga Desa Tegal Arum di luar kota dan luar negeri mudah mengakses film pendek tersebut.
Tegal Arum sendiri memiliki 3.441 jiwa penduduk.
“Ada warga sini yang ada di Kalimantan melalui WA mengatakan tidak pulang. Dengan melihat film tersebut, mereka tahu jika mudik akan merepotkan warga,” ucap dia.
• Kemdikbud Umumkan Jadwal Terbaru UTBK dan SBMPTN: Mundur Karena Covid-19, Cek Persyaratannya
• Sandingkan Jakarta dengan New York, Marco Motta Ketagihan Masakan Indonesia yang Satu Ini
• Larangan Mudik Bikin Terminal Tanjung Priok Kosong, Juanda Gagal Pulang ke Serang
Film pendek yang diproduksi oleh relawan tersebut ternyata ada dua seri.
Jika pada seri pertama anak yang mudik Lebaran ditolak oleh bapaknya dan menyuruh anak tersebut ke balai desa untuk menjalani pemeriksaan dan karantina, maka pada seri kedua tersebut menggambarkan si anak menjalani karantina hingga selesai.
"Di seri kedua ini ada pesan dari kepala desa jika nekat mudik, maka warga harus menjalani karantina selama 14 hari. Ini baru selesai syuting tadi,” kata Suwardi. (Kompas.com/Tribunnews/TribunJakarta)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/rumah-kosong-di-depok-jawa-barat.jpg)