Sisi Lain Metropolitan
Antara Bahagia dan Derita, Contoh Kisah Dua Sosok Berbeda yang Terdampak Pandemi Covid-19
Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di Jakarta menbuat sejumlah orang berputar otak.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
Saat hari pertama puasa, Sari menyebut ada kehkawatiran tak laku lantaran ada pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun tak disangka, rasa kekhawatirannya perihal dagangan tak laku perlahan memudar.
"Alhamdulillah kalau sekarang sih sudah berkurang khawatirnya. Di awal ada khawatir, kan PSBB, tapi sekarang untungnya bersyukur banyak yang beli," jelas Sari.
Menyoal Covid-19, Sari berharap agar virus mematikan tersebut hilang.
"Saya harapannya, agar virus corona cepat berakhir dan masyarakat yang menunaikan ibada puasa bisa seperti dulu," harap Sari.
Sementara, Sari mulai berjualan di Jalan Jaksa mulai pukul 15.00 WIB hingga dagangannya ludes terjual.
Sari berjualan es campur ini selama bulan Ramadan.
Kisah Ojek Sepi Pelanggan, Tarif Terserah Penumpang

Berbeda nasib dengan Sari, kali ini, seorang pengemudi ojek pangkalan mengalami penderitaan selama PSBB.
Bagaimana tidak, sampai-sampai dia memasang tarif terserah penumpang.
Ya, saking sepinya penumpang dia melakukan hal tersebut.
Berapa pun dibayar oleh penumpang, dia ikhlas.
"Ojek, tarif terserah penumpang."
Kalimat tersebut tertera jelas di atas selembar kardus yang dipasangkan di motor Honda Beat berpelat nomor B 3157 EWO.
Kendaraan roda dua berwarna merah ini dimiliki pria 56 tahun, Mulyadi.