Sisi Lain Metropolitan

Antara Bahagia dan Derita, Contoh Kisah Dua Sosok Berbeda yang Terdampak Pandemi Covid-19

Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di Jakarta menbuat sejumlah orang berputar otak.

Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat
Sari dan rekannya sedang menyiapkan es campur rasa buah untuk para pembeli, di sekitaran Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020). 

TribunJakarta.com usai menemui pria beruban ini di dekat halte TransJakarta Dukuh Atas, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (24/4/2020) siang.

Saat itu, Mulyadi sedang duduk di atas trotoar jalan.

Dia mengenakan jaket, celana hitam, penutup hidung-mulut, sepatu, dan sarung tangan.

Mulyadi tampak berdua dengan seorang pemulung.

Mereka tampak berbincang.

Kepada TribunJakarta.com, pria yang memiliki empat orang anak ini menjelaskan alasan mengapa tarif terserah penumpang.

"Karena sudah sepi banget, jadi saya inisiatif menulis tarif terserah penumpang," kata Mulyadi, saat diwawancarai, di lokasi.

"Tujuannya ya biar ada yang mau naik, saya antarkan ke tempat tujuan mereka," lanjutnya.

Berapa pun nominal yang diberikan penumpangnya, Mulyadi mengatakan ikhlas tanpa berharap lebih.

"Mau Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, dan berapa saja saya terima," ucap Mulyadi.

Kendati begitu, Mulyadi menyatakan tiada penumpang yang tega memberikan uang senilai Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, dan Rp 10 ribu.

Mulyadi menyatakan, penulisan 'tarif terserah penumpang' ini diterapkan sejak beberapa hari lalu.

"Sejauh ini, penumpang saya selalu membayar dengan nominal yang cukup-lah untuk makan," ujar Mulyadi.

"Mohon maaf ya, saya tidak bisa kasih tahu nominalnya berapa," sambungnya.

Mulyadi mulai beroperasi sejak pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved