Sisi Lain Metropolitan
Potret Manusia Gerobak Musiman di Pinggiran Jakarta, Pilih Ngemper Sore Demi Sembako
Manusia gerobak memilih keluar siang sampai sore, lalu mengemper di pinggir jalan. Mereka tak cari rongsok, tapi berharap dapat sembako dari pelintas.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
"Padahal biasanya sekali nimbang itu sebulan bisa dapat Rp 600 ribu," kata Tatang.
Akhirnya, bersama istrinya Enung, Tatang memilih untuk mengemper di pinggir jalan.
Mereka mengharapkan dapat bantuan sembako dari pengguna jalan.
Normalnya, Tatang keluar sehabis subuh untuk mencari rongsokan.
Namun, saat puasa Ramadan ini Tatang memilih keluar siang sampai sore.
"Kita begini supaya dapat sembako aja dari orang lewat."
"Sebab kalau enggak begitu, kita enggak makan," Tatang menambahkan.
Ia mengaku malu dengan apa yang dilakukannya, tapi hanya cara ini lah yang dapat menyelamatkan anaknya dari kelaparan.
"Mendingan ngemper begini sambil nunggu yang bagi-bagi sembako gratis demi kita makan."
• Polisi Bubarkan Pesta Ulang Tahun Wanita Bergaun Hitam di Sebuah Hotel di Medan, Begini Endingnya
"Apalagi sekarang banyak manusia gerobak musiman."
"Jadi kitanya benar-benar harus cepat datang ketika ada pengguna jalan yang bagiin sembako," ucap Tatang.

Sempat Jadi Penjahit
Tatang memilih menjadi manusia gerobak di Jakarta karena sulit mendapatkan pekerjaan di kampungnya.
Selepas lulus sekolah menengah atas, ia sempat bekerja sebagai penjahit di sebuah usaha konveksi.
Konveksi tersebut tak mampu bersaing hingga bangkrut.