Sisi Lain Metropolitan
Cerita Makudi, Penjual Kaligrafi Keliling Yang Sempat Alami Kecelakaan: Kaki Patah dan Koma 21 Hari
Selain itu, Makudi menuturkan bila sang penabrak kabur begitu saja usai dirinya bangun dari koma.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Sekira 60 gram dijualnya juga untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari selama posisinya tak bekerja.
"Anak saya ada 9. Saat itu beberapa dari mereka sudah lahir dan masih kecil tentunya. Akhirnya apa yang saya punya dijual sama istri untuk penuhi kebutuhan kami sekeluarga," katanya.
Kaki kiri yang patah membuat Makudi harus belajar berjalan. Posisi kaki yang lebih pendek, membuatnya perlu menyeimbangkan diri ketika melangkah.
Alhasil, dua tahun berselang, Makudi sudah berangsur membaik dan memutuskan untuk bekerja meskipun jalannya tertatih.
Dengan sistem setor, Makudi mengambil kaligrafi dari bosnya yang tinggal di satu wilayah.
"Untuk pertama kalinya, saya diantar sama abang saya, Sambas pas dagang. Jadi keliling naik motor hasilnya bagi dua. Tapi sekira 3 tahun berjalan, dia lelah. Saya lanjut sendiri sampai sekarang," katanya.
Setiap hari, ia pergi berjualan menggunakan Commuterline dan turun disembarang stasiun.
Secara acak, ia memilih stasiun tujuan kemudian berjalan keliling di lokasi tersebut.
Tak jarang, hingga sore hari, belum ada satu pun kaligrafi yang terjual. Namun ia tetap semangat berjualan dan tak menyesali kejadiannya saat itu.
"Ya namanya orang jualan. Tapi sepasang pasti laku, cuma waktu lakunya enggak menentu. Alhamdulillah anak-anak saya sekarang sudah besar dan bantu saya. Tapi berhubung anak ke 7-9 masih sekolah, makanya saya masih kerja. Tapi anak-anak selalu bantu saya," katanya.
Sempat jadi kuli panggul kapal
Selain menjadi opang dan penjual kaligrafi keliling, Makudi menuturkan pernah bekerja sebagai kuli panggul kapal.
• Hendak Kabur dari Pemeriksaan Rapid Test, PMKS Nekat Panjat GOR Ciracas
• Dapat Cegah Kanker, Ini Sederet Manfaat Minum Susu Campur Lada dan Cengkeh Tiap Malam
• Jika Ada Mal Tidak Jalankan Protokol Kesehatan, Pemkot Bekasi Siap Lakukan Hal Ini
Meski pekerjaan yang melelahkan, Makudi menuturkan penghasilannya sangat menjanjikan.
"Sempat juga jadi kuli panggul kapal. Penghasilannya lumayan. Dulu tuh sebulan bisa Rp 50 ribu. Itu sudah terbilang besar saat itu. Sayangnya bangkrut, jadi saya ngojek,"
"Tapi alhamdulillah apapun pekerjaannya selalu disyukuri dan alhamdulillah anak-anak membantu ekonomi saya," pungkasnya.