Kebakaran di Cipondoh Kota Tangerang Tewaskan Suami, Istri serta Anak, Pak Camat Sebutkan Asal Api
Peristiwa kebakaran yang meludeskan satu rumah warga terjadi di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang menelan tiga korban jiwa.
Penulis: Suharno | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM - Peristiwa kebakaran yang meludeskan satu rumah warga terjadi di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, Rabu (10/6/2020).
Kejadian kebakaran yang tepatnya terjadi di Perum Poris Indah, Jalan Tanjung 2 RT 09 / RW 05, Cipondoh Indah, Kota Tangerang ini, menelan tiga korban jiwa.
"Ada 3 orang yang meninggal dunia," ujar Camat Cipondoh Rizal Ridholloh dilansir dari Warta Kota.com, Rabu (10/6/2020).
Amukan si jago merah melahap satu rumah tinggal milik warga dan para penghuni tidak bisa menyelamatkan diri karena terkurung api.
"Mereka yang meninggal dunia karena terbakar di dalam rumah tersebut," ucapnya.
• SIMAK! Alur dan Tahapan Penerimaan Peserta Didik Baru 2020 Untuk DKI Jakarta
Selain menelan tiga korban jiwa, seisi rumah juga ludes terbakar.
Mulai dari barang-barang elektronik, perlengkapan dapur, peralatan kamar mandi dan lainnya.
"Dua unit mobil jenazah milik Pemkot Tangerang dikerahkan untuk mengevakuasi korban dibawa ke rumah sakit," kata Rizal Ridholloh.
Tiga Identitas Korban Meninggal Dunia
Camat Cipondoh, Rizal Ridholloh merinci 3 identitas korban yang meninggal dunia ini.
"Pemilik rumah yang terbakar atas nama Ujang berusia 51 tahun," ujar Rizal kepada Warta Kota, Rabu (10/6/2020).

Ujang merupakan kepala keluarga dalam rumah tersebut. Ia pun tewas terkurung api dalam insiden ini.
"Istri Ujang yang bernama Thin Mui Kim berumur 51 tahun juga meninggal dunia," ucapnya.
• Rekor Tertinggi Positif Tambah 239 Kasus Berkaitan dengan Mobilisasi Warga Jakarta Saat Lebaran?
Mereka berdua tak bisa menyelamatkan diri dari amukan si jago merah. Bahkan anak lelakinya juga menjadi korban akibat kebakaran tersebut.
"Anaknya bernama Daniel Chandra berusia 29 tahun juga tewas dalam kejadian ini," kata Rizal.
Kronologi Kebakaran
Rizal juga memaparkan penyebab dari kebakaran yang merenggut nyawa satu keluarga ini.
"Perkiraan penyebab kebakaran karena korsleting listrik," ujar Camat Cipondoh, Rizal Ridholloh kepada Wartakotalive.com, Rabu (10/6/2020).
• PT KCI Tambah Jumlah Penumpang KRL dari 60 Orang Jadi 74 Orang Per Kereta
Ketiga orang yang meninggal dunia ini merupakan satu keluarga yakni pasangan suami istri Ujang (51) dan Thin Mui Kim (51).
Selain itu, seorang anak laki-lakinya, Daniel Chandra (29) juga ikut tewas dalam kebakaran tersebut.
Jasad mereka langsung dibawa menggunakan mobil jenazah milik Pemkot Tangerang.
"Yang terbakar ini satu unit rumah. Luas area yang terbakat sekitar 60 meter persegi," ucapnya.
"Total kerugian diperkirakan Rp 300 juta. Sebanyak 15 unit personel dan 4 unit mobil damkar dikerahkan untuk padamkan api," kata Rizal.
Sembako Bantuan Pemerintah Turut Hangus
Sebelumnya, kebakaran juga terjadi di RT 009 RW 003 Tegal Parang, Mampang Prapatan Jakarta Selatan, beberapa hari lalu (6/6/2020).
Peristiwa kebakaran ini terjadi di Jalan Mampang Prapatan XIII, tepatnya di dekat SMPN 104 Jakarta Selatan, sekitar pukul 15.35.
Sebanyak 25 rumah hangus terbakar dan kerugian diperkirakan mencapai Rp 850 juta dan beruntung tidak ada korban jiwa.
Petugas Informasi dan Komunikasi Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Jakarta Selatan, Suparman, mengatakan insiden ini disebabkan karena percikan api di kabel listrik.
• Harga Mitsubishi Pajero Bekas dan Mitsubishi Xpander Bekas, Tipe Termurah Mulai dari Rp 100 Jutaan
"Dugaan sementara dari sambungan listrik yang kendur, mengakibatkan percikan api dari kabel listrik di plafon," kata Suparman saat dikonfirmasi, Sabtu (6/6/2020).
Tak lama setelah percikan api tersebut, jelas Suparman, kepulan asap muncul dari lantai dua rumah seorang warga.
"Api kemudian membesar. Warga sempat gotong royong memadamkan api dengan air di ember, sebelum melapor ke petugas Damkar," ujar dia.
Dalam kebakaran ini, Suparman mengatakan pihaknya mengerahkan 15 unit mobil pemadam kebakaran dan 70 personel.
Seorang korban kebakaran, Tirah (58) mengatakan sedih lantaran rumah yang ditinggali selama 15 tahun itu hangus dipenuhi jelaga hitam.
Tirah yang mengenakan masker hitam mengisahkan, pada saat kebakaran, ia lari ke rumah begitu melihat ada kobaran api dari kejauhan.
Ia dan sebagian besar warga RT 009 RW 003 Tegal Parang, Mampang Prapatan tersebut tidak tahu penyebab kebakaran.

Saat itu, Tirah sedang menyiapkan kacang goreng untuk dititipkan di warteg dekat rumahnya.
Ia hanya bisa menyelamatkan beberapa barang, sejumlah perhiasan, laptop, surat tanah, dan beberapa berkas lainnya.
Kobaran api itu cepat merembet ke sekitarnya. Tak membutuhkan waktu lama buat si jago merah melumat rumah di sekitarnya lantaran bermaterial kayu.
Meski dilapisi tembok, rumah Tirah yang berukuran kurang lebih hanya 20 meter itu juga dilahap api. Seluruh perabotan ludes terbakar.
"Enggak ada yang tahu itu kebakaran dari mana, karena saya ini sedang ngurusin kacang goreng buat dijual di warteg tapi dari ujung udah ramai. Ada kebakaran," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Minggu (7/6/2020).
Sembako Hangus Dilahap si Jago Merah
Sehari-hari Tirah hanya bekerja sebagai penjual kacang goreng. Dalam sehari paling ia hanya meraup Rp 15 ribu. Jumlah itu sangat kecil bagi kehidupannya bersama suami. Uang segitu hanya cukup untuk makan sehari.
Suaminya yang berusia 78 tahun sudah tidak bekerja.
Sementara kedua anaknya meski semua sudah berkeluarga belum bisa membantu Tirah untuk kebutuhan sehari-hari.
"Anak cuma berdua, tapi enggak ada yang bantu. Lagi susah begini juga enggak bantu," kata perempuan yang sudah memiliki enam cucu itu.
Selama pandemi Covid-19, perempuan yang tergolong beresiko terpapar virus itu mengaku mendapatkan sembako dari Pemerintah.
Namun, kobaran api yang melahap sembako pemberian pemerintah.
"Sembako banyak tapi terbakar semua habis. Dari pada kita ambilin sembako, mending kabur. Kalau menyelamatkan beras tapi kita ketiban (bangunan) gimana?" katanya.
Kepada TribunJakarta, Tirah mengaku bingung harus tinggal dimana. Ia tidak memiliki uang untuk mengontrak.
Sedangkan biaya untuk merenovasi rumah memakan biaya tak sedikit. Ia menaruh harapan kepada pemerintah agar rumahnya dapat direnovasi.
"Semua sudah habis. Iya sempat nangis saya. Rencana sih akan dibetulkan begitu tapi tunggu lama gimana? Kalau kelamaan kita harus ngontrak, duitnya dari mana? Makanya kita lagi bingung," bebernya.
Suami Tirah tidak terlihat batang hidungnya dari tadi. Ia sedang berada di luar pengungsian. Mungkin, kata Tirah, suaminya sedang termenung meratapi nasibnya yang kini kelam.
Tirah tak ada pilihan lain selain tinggal sementara bersama anaknya yang belum menemui mereka.
Ia menganggap nasib kelam yang menyelimuti hidupnya adalah ujian dari Tuhan.
"Emang udah ujian dari Allah Swt. Yaudah enggak bisa berbuat apa-apa. Apalagi pandemi begini ya," pungkasnya.
(Wartakota/ TribunJakarta.com)