Sisi Lain Metropolitan
Kisah Nur Iyan, Mantan Sopir Angkot yang Koleksi 400 Judul Film Buat Layar Tancap
Di balik rumah sederhana Nur Iyan (48), tersimpan koleksi reel-reel film seluloid yang masih diputar untuk layar tancap di berbagai acara.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Usaha penyewaan reel film seluloid milik Nur Iyan masih berjalan. Ada saja orang yang datang untuk menyewa film dan jasa putar filmnya.
Sebelum pandemi, biasanya ia meladeni sekitar 5 sampai 10 penyewa layar tancap dalam sebulan.
Di Jabodetabek, Iyan memasang harga sekitar Rp 1,5 juta untuk sekali main.
Paling banyak ia memasang layar tancap untuk acara hajatan seperti pernikahan, sunatan, ulang tahun hingga acara tujuh bulanan.
Banyak orang yang masih mencari jasa layar tancap karena ingin bernostalgia. Layar tancap menjadi obat penawar rindu akan masa lalu.
"Karena mereka ingin bernostalgia, ingat masa lalu kangen juga ini kan termasuk barang langka udah susah. Dikira mereka udah punah ternyata masih ada," ungkap Iyan kepada TribunJakarta.com di kediamannya di kawasan Pondok Benda, Tangerang Selatan.
Penghasilan Menurun Saat Pandemi
Saat awal pandemi, Iyan mengaku penghasilannya merosot tajam.
Sebab, biasanya ia mencari lahan penghasilan dari acara hajatan seperti pernikahan, sunatan, ulang tahun, hingga acara tujuh bulanan.
"Pendapatan bisa 90 persen turunnya pas awal pandemi, karena kan saya mengandalkan acara hajatan. Karena enggak boleh berkerumun, jadi menurun drastis.
Sebelum pandemi datang melanda, Iyan biasanya dapat meladeni permintaan layar tancap sebanyak 5 sampai 10 kali dalam sebulan.
Pemasukan Iyan beringsut pulih ketika selepas lebaran. Ketika itu, ia bercerita kedatangan pelanggan dari rekan sesama komunitasnya sendiri.
• Asyik Tonton Limbah Busa di KBT Tanpa Masker, Warga: Namanya Nongkrong Pakai Masker Enggak Enak
• 19 Karyawan PT Unilever di Cikarang Positif Covid-19
• Teka-teki Cincin di Jari Zuraida Hanum, Lebih 5 Kali Bercinta dengan Jefri Sebelum Bunuh Jamaluddin
Mereka menyewa film seluloid milik Iyan untuk diputar di rumahnya masing-masing. Tidak banyak teman-temannya yang memiliki koleksi film seluloid. Paling segelintir saja yang mengoleksi, sisanya hanya punya proyektor.
Dari hasil penyewaan film, Iyan mendapatkan uang sekira Rp 80 ribu sampai Rp 200 ribuan. Lumayan untuk pemasukannya di tengah situasi sulit ini.
"Jadi teman datang minjem film beberapa judul, buat diputar di rumahnya sekalian manasin proyektor milik mereka," ungkapnya.