Terapis Geruduk Balai Kota DKI
1.000 Terapis dan Pemandu Lagu Unjuk Rasa: 5 Bulan Tak Kerja, Janda Menjerit, Pemprov DKI Bergeming
Pemerintah DKI Jakarta tetap bergeming tidak buka tempat hiburan malam walau dididemo terapis
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR- Didemo 1.000 terapis griya pijat dan pemandu karaoke, Pemerintah DKI Jakarta tetap bergeming tidak buka tempat hiburan malam.
Pemprov DKI Jakarta beralasan penutupan tempat hiburan malam tersebut karena penularan Covid-19 masih tinggi.
Jangan sampai begitu dibuka, tempat hiburan malam justru menjadi klaster baru penularan dan penyebaran Covid-19. Simak selengkapnya:
1. 5 bulan tidak kerja
Andin (bukan nama asli), datang jauh-jauh dari Karawang Jawa Barat.
Andin adalah lady club (LC) dan pemandu karaoke di tempat hiburan malam kawasan Jakarta Utara.
Selama lima bulan, Andin berada di Karawang lantaran tempat bekerjanya ini stop beroperasi gegara pandemi Covid-19.
"Saya lima bulan di kampung (Karawang). Di sana saya bantu-bantu orang tua saja gara-gara belum bisa kerja," kata Andin, saat diwawancarai TribunJakarta.com, di dekat Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Di Jakarta, Andin bertempat tinggal pada sebuah indekos yang biaya per bulannya sekira Rp 1 jutaan.
Perempuan berlambut lurus ini belum mampu membayar indekos tersebut.
Beruntung, bos indekosnya memahami situasi yang dialami Andin hingga memberikan kelonggaran pembayaran.
"Mami kos-nya untung ngerti. Aku jadi sedikit lega karena bingung bayar pakai uangnya bagaimana," jelas Andin.
Perempuan lulusan ini tak tamat sekolah SMA sehingga tak memiliki ijazah untuk melamar kerja di tempat lain.
Inginnya, lanjut Andin, menjadi pegawai kantoran.
"Minimal kerja jadi pelayan di restoran atau tempat kedai kopi. Tapi aku enggak punya izajah SMA," ungkap Andin.