Anggota BNN Gadungan Culik Remaja
Terlilit Utang Rp 100 Miliar jadi Motif Anggota BNN Gadungan Culik dan Peras Remaja
Empat anggota BNN gadungan meminta uang tebusan Rp 50 juta ke orangtua korban dengan alasan agar anaknya tak ditetapkan jadi tersangka.
Penulis: Bima Putra | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Adis, salah satu anggota Badan Narkotika Nasional (BNN) gadungan, mengaku sudah menipu dan memeras bersama tiga rekannya.
Ia ditangkap bersama Lucky, Rizki, dan Dika (sebelumnya ditulis Silva) pada Selasa (4/8/2020) malam di Depok, Jawa Barat.
Saat dihadirkan dalam jumpa pers di kantor BNN, Adis mengaku nekat menjadi anggota BNN gadungan karena butuh uang untuk membayar utang.
"Karena punya hutang Rp 100 miliar," singkat Adis yang terus tertunduk.
Ia menutupi wajahnya saat dihadirkan dalam jumpa pers di kantor BNN, Jakarta Timur, Rabu (5/8/2020).
Dia tak menjelaskan karena apa dan kepada siapa dia berhutang.
• Anggota BNN Gadungan yang Culik dan Peras Remaja Diduga Juga Palsukan Keanggotaan TNI
Lantaran malu karena tersorot kamera wartawan, membuatnya ogah bicara.
Saat dihadirkan dalam jumpa pers di kantor BNN, Adis, Lucky, Rizki, dan Dika tak mengenakan sebo.
"Pelaku mengaku sebagai anggota BNN, padahal gadungan," ujar Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari.
"Mereka membawa tanda pengenal anggota BNN palsu. Katanya pimpinan mereka ini Kombes Sugeng," Arman menambahkan.
Setelah menjebak korbannya remaja sebagai penyalahguna narkotika tanpa bukti, pelaku menghubungi orangtua korban.
Mereka meminta uang tebusan Rp 50 juta ke orangtua korban dengan alasan agar anaknya tak ditetapkan jadi tersangka penyalahguna narkotika.
"Barang bukti yang kita amankan termasuk kartu ATM yang digunakan untuk menerima uang transfer dari orangtua korban," tuturnya.
• BNN Ungkap Peredaran Permen Jelly Mengandung Senyawa Ganja yang Dikirim dari Inggris
Lantaran tak terdapat barang bukti narkoba, perkara ini dilimpahkan ke Polres Metro Depok.
Pegang Identitas TNI Palsu

Menurut Arman, pihaknya turut mengamankan satu kartu tanda anggota TNI dari tersangka Adis.
"Ada kartu anggota (Koramil), nanti kami pertegas lagi apakah asli atau tidak," kata Arman.
Dia belum dapat memastikan apa kartu tanda anggota TNI asli karena dari pemeriksaan pelaku tak ditemukan barang bukti narkoba.
Kasat Reskrim Polrestro Depok Kompol Wadi Sabani menuturkan belum dapat memastikan pasal yang disangkakan kepada empat pelaku.
Pun dengan masalah keaslian kartu tanda anggota TNI atas nama pelaku Adis karena belum memeriksa pelaku.
"Ini kan baru penyerahan perkara, nanti harus kita lakukan pemeriksaan dulu untuk menentukan pasal yang disangkakan dan lainnya," tutur Wadi.
Keempat pelaku berhasil diringkus jajaran BNN setelah orangtua RA (17) dan AH (17) yang dijebak dan diperas melapor ke BNN.
• Tiga Kasus Cabul Berturut-turut di Pagedangan, Seluruh Korban Anak-anak, Pelaku Sosok Predator
Berdasarkan laporan tersebut jajaran BNN melakukan penyelidikan sampai akhirnya berhasil mengamankan keempat pelaku di Depok.
Belum Sempat Transfer
Terungkap, keempat pelaku mematok uang tebusan begitu besar kepada orangtua korban.
Awalnya, para tersangka meminta Rp 50 juta ke orangtua korban.
"Setelah negosiasi turun jadi Rp 20 juta sampai akhirnya turun jadi Rp 15 juta," kata Arman.
Pelaku mengancam bakal menahan dan menjadikan anak mereka tersangka penyalahguna narkotika bila uang tebusan tidak dibayar.
Orangtua RA dan AH lebih dulu melapor ke BNN sebelum mentransfer uang tebusan ke pelaku.
"Anggota BNN melakukan penyelidikan dan pengejaran," ucap Arman.
"Kemudian pada malam (4/8/2020) tadi semua sudah kita lakukan penangkapan dan juga menyita barang bukti," dia menambahkan.
Arman menuturkan barang bukti yang diamankan yakni dua borgol, tiga tanda pengenal anggota BNN, satu senjata jenis air soft gun.
Mobil Innova berpelat B 1394 EYE yang digunakan menculik kedua korban untuk dibawa berkeliling di wilayah Bogor, Depok, dan Jakarta.
Selama dua hari menculik RA dan AH keempat pelaku sengaja berpindah-pindah lokasi agar keberadaannya tak terlacak petugas.