Sisi Lain Metropolitan

Kerap Tak Dapat Penumpang Ketika Menjadi Supir Angkot, Cerita Bagas Beralih Jadi Manusia Silver

Akhirnya, Bagas mencoba melakoni menjadi manusia silver. Setiap harinya, Bagas mampu mengumpulkan uang minimal Rp 50 ribu

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina
Bagas saat ditemui dikediamannya di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (11/9/2020) 

Untuk itu, Bagas harus pintar mengatur waktu.

Ia memilih malam hari sekira pukul 19.00-22.00 WIB untuk menjadi manusia silver.

Sadar bahaya

Selain sadar akan petugas, Bagas juga sadar bahaya mewarnai tubuhnya seperti saat ini.

Terlebih ia mengatakan bahan yang digunakan ia beli dari tukang sablon.

Untuk satu botolnya, bahan baku itu ia beli dengan harga minimal Rp 37 ribu.

"Bahan bakunya beli dari tukang sablon. Di daerah pangkalan jati juga banyak yang jual," ungkapnya.

Untuk tiap botolnya, ia akan mencampur dengan body lotion dan baby oil.

Bagas mengatakan hal ini untuk mengurangi iritasi pada kulitnya.

"Saya tahu bahayanya untuk kulit, seperti kanker kulit. Makanya selain mencampur hand body di bahan bakunya, saya juga rajin pakai hand body pas habis mandi sepulang jadi manusia silver," jelasnya.

Dipaksa Orang Dewasa, Anak-anak jadi Manusia Silver dan Pengamen Ondel-ondel

Pria Ini Terpaksa Jadi Manusia Silver Karena Upah Sopir Angkot Merosot Drastis di Tengah Pandemi

Wagub DKI Jakarta Imbau Pengelola Masjid Perketat Protokol Covid-19

Saat ini, Bagas hanya bisa berdoa supaya pandemi segera berlalu.

Ia pun berencana beralih dan mencari pekerjaan yang lebih baik.

"Makanya saya lagi cari kerjaan lain juga. Saya juga enggak mau merusak jaringan kulit saya," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved