Sisi Lain Metropolitan

Kisah Udin, Mantan Tukang Becak yang Terpaksa Alih Profesi Semenjak Kehilangan Sewa

Kehadiran moda transportasi modern, ditambah akses layanan becak yang kian sempit membuat ruang gerak makin terbatas.

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Udin (48), warga yang dahulu berprofesi menarik beck kini beralih menjadi pencari kayu bekas lantaran sepi sewa akibat digerus jaman.  

Lokasi paling menjanjikan yang biasanya ia pangkali adalah pasar, sewa becak di pasar kala itu cukup ramai mengantar ibu-ibu yang baru memborong belanjaan.

Bahkan Udin sempat memiliki sejumlah langganan, dia hampir setiap hari mengantar penumpang dari pasar menuju kediaman dengan bayaran setimpal.

"Dulu sih tarikan becak biar murah banyak tarikannya, di pasar pernah narik langganan saya banyak, tapi karena saingan tambah jadi kayak mati tarikan," akunya.

Pria yang memiliki lima orang anak ini kemudian terpaksa beralih profesi, awalnya dia mengetahui terdapat sejumlah pabrik tahu/tempe di Bekasi.

Dari situ, dia mulai mencari tahu bahwa kebutuhan kayu di pabrik tahu/tempe cukup besar untuk mengolah kedelai menjadi produksi makanan tinggi protein tersebut.

"Awalnya dari teman, dia nyari kayu buat dijual ke pabrik tahu, dari situ saya ikutan nyari kayu ke mana aja kayu bekas," terangnya.

Becak yang sudah menemaninya selama puluhan tahun tetap dia manfaatkan, hanya saja kini tidak lagi mengangkut penumpang.

Kendaraan tradisional beroda tiga itu disulap menjadi kendaraan untuk mengangkut kayu hasil pencarian ia berkeliling ke sejumlah tempat.

"Udah buat ngangkut kayu aja becaknya sekarang, saya nyari kayu sambil bawa becak kadang ke daerah GOR (Bekasi), ke Bekasi Timur, ke daerah proyek, ke mana aja," ucapnya.

Untuk satu becak penuh, Udin dibayar Rp40.000 oleh pengusaha tahu, jika tenaga masih kuat ia akan kembali mencari kayu untuk dikumpul dan dijual agar mendulang lebih banyak rezeki.
Bayaran itu memang tidak lah besar, beruntung anak-anaknya kini sudah dapat mandiri mencari nafkah bekerja disejumlah tempat.

"Anak saya ada lima, udah pada kerja, nggak ada yang disekolahin udah pada kerja semua, sekolah paling tamat SD atau SMP," ungkapnya.

Nafkah hasil mencari kayu bekas sepenuhnya untuk kebutuhan hidupnya dan sang istri, bebannya memang tak seberat ketika harus menanggung kebutuhan anak ketika masih menjadi tanggungan.

Teman-teman yang dahulu berprofesi sebagai tukang becak juga banyak yang beralih profesi, sebagian besar kata dia, beralih menjadi tukang ojek.

"Kalau yang lain (tukang becak) banyak yang narik ojek ada yang nyari kayu juga, kalau saya karena emang bisa bawa motor jadi mending cari kayu aja," ungkapnya sambil tersenyum. 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved