300 Hewan Impor Berhasil Mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Terbanyak Selama Pandemi Covid-19
Capai 300 ekor, JAS menangani impor hewan ternak terbesar dari Australia di Bandara Soekarno-Hatta, Sapi dan kambing yang diangkut oleh Atlas Air.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - JAS Airport Services atau JAS menangani impor hewan ternak terbesar dari Australia di Bandara Soekarno-Hatta.
Pengiriman sebanyak 300 ekor ini merupakan penanganan hewan ternak terbesar yang ditangani oleh Ground Handling JAS selama pandemi Covid-19.
Sapi dan kambing yang diangkut oleh Atlas Air menggunakan pesawat jenis Boeing 747-800 ini tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (8/12/2020) dini hari.
Adapun yang membedakan penanganan kali ini dengan impor hewan ternak sebelumnya adalah soal pemusnahan limbah internasional.
Sebelumnya, limbah atau sampah internasional ini selalu ditangani oleh pihak importir itu sendiri.
GM Kargo JAS Heri Lukmanto menjelaskan, mulai saat ini limbah atau sampah internasional akan ditangani oleh perusahaan ground handling.
"Hal ini sesuai dengan kepatuhan terhadap UU Karantina Hewan nomor 21 tahun 2019, bahwa limbah atau sampah internasional akan ditangani oleh perusahaan ground handling dan JAS akan berkoordinasi dengan pihak Karantina dan operator bandara," ujar Heri.
Sebagai informasi, Undang-Undang Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan adalah pengganti Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Baca juga: Polemik Penembakan 6 Laskar FPI, Taufik Gerindra: Kalau Ada Isu Jangan Langsung Dicerna
Tambah Kemampuan
JAS Airport Service (JAS) tingkatkan fasilitas untuk penanganan produk Farmasi di Bandara Soekarno-Hatta.
Yakni untuk menghadapi tantangan 'Cold Chain' dari distribusi Vaksin Covid-19 dan produk farmasi lainnya, JAS menambah sejumlah fasilitas dan peralatan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 'Cold Chain' adalah sistem penyimpanan dan pengangkutan vaksin atau obat-obatan dengan suhu tertentu yang direkomendasikan.
Dimulai dari titik produksi hingga titik penggunaan.
Cold Chain ini biasanya melibatkan tiga komponen utama infrastruktur yaitu pesawat terbang, truk, dan gudang penyimpanan yang dingin.
Vaksin Covid-19 dan produk farmasi biasanya memerlukan suhu dan prosedur penanganan yang berbeda karena sifatnya yang mudah rusak karena panas, cahaya, atau dingin yang berlebihan.
Oleh karenanya, fasilitas Cold Chain yang dimiliki setiap Cargo Terminal Operator (CTO) menjadi aspek penting dalam kesatuan mata rantai logistik sebelum akhirnya didistribusikan kepada masyarakat.
Sejalan dengan itu, JAS berencana meningkatkan fasilitas penyimpanan dingin dan peralatan yang sudah ada.
Baca juga: Polemik Penembakan 6 Laskar FPI, Taufik Gerindra: Kalau Ada Isu Jangan Langsung Dicerna
Satu diantaranya, adalah perluasan area pendingin tertutup menjadi sekitar 2,062.5 meter persegi dengan temperatur 15 derajat celcius sampai 25 derajat celcius.
Tujuan utamanya untuk penyimpanan produk farmasi dan aktivitas e-Facilitation seperti pemilahan ulang, pengemasan ulang dan pelabelan ulang untuk distribusi.
Saat ini, JAS memiliki total 11 fasilitas penyimpanan dingin dalam gudang impor maupun ekspor dengan temperatur terkontrol mulai dari minus dua derajar celcius hingga minus 25 derajat celcius untuk ruang freezer.
Kemudian, dua deraja celcius hingga delapan derajat celcius untuk ruang chiller dan 15 derajat celcius hingga 25 derajat celcius untuk ruang dingin.
Baca juga: Tukang Buah di Muara Baru Tewas Tersengat Listrik saat Hujan Deras
Baca juga: Polisi Tegaskan Senjata Api Milik Pengawal Habib Rizieq
Baca juga: Hari Ini, Enam Jenazah Anggota FPI Bakal Dipulangkan dari RS Polri Kramat Jati
Selain rencana penambahan fasilitas dan peralatan, JAS juga tengah mengikuti prosedur untuk mendapatkan sertifikasi IATA CEIV Pharma.
Menurut Herman Prayitno selaku Komisaris Utama JAS, sertifikasi IATA CEIV Pharma tersebut penting untuk memastikan integritas produk farmasi di seluruh rantai pasokan.
"JAS nantinya akan menjadi Cargo Terminal Operator (CTO) pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi IATA CEIV Pharma," ujar Herman, Selasa (8/12/2020).
Diketahui, IATA mengeluarkan sertifikasi CEIV Pharma ini untuk membantu perusahaan ground handling dan seluruh rantai pasokan kargo udara demi memenuhi kebutuhan industri akan keselamatan, keamanan, kepatuhan, dan efisiensi yang lebih tinggi.
"Validasi IATA CEIV Pharma ini diharapkan selesai pada Maret 2021, namun di luar itu, JAS sudah memiliki sertifikasi GDP (Good Distribution Practices) dari WHO semenjak tahun 2014," ungkap Herman.