Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Terkuak Beda Korban Jatuhnya Sriwijaya Air dengan Pesawat Lain di Tanah Air, Pengakuan dr. Sumy
Ahli forensik Kombes Sumy Hastry Purwanti, akrab disapa dokter Hastry, mengungkap beda kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 dengan pesawat lain.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Tim postmortem mencari dan memeriksa data korban setelah meninggal dunia.
"Meskipun yang ditemukan bagian tubuh. Sekecil apapun body parts kita periksa, di sini banyak ahli," imbuh wanita satu-satunya dari Asia yang bergeral doktor forensik ini.
Dokter Hastry menegaskan, tim tak menemukan luka bakar di body parts korban Sriwijaya Air SJ-182.
"Death body can talk (bagian tubuh pun bisa berbicara), kalau dia memang karena crash air laut," jelas dokter Hastry.
Tak hanya itu, ia bahkan mengidentifikasi tulang berdasarkan usia manusia, apakah balita atau dewasa.
"Kita cari ciri khasnya masing-masing. Dari situ kita identifikasi," lanjut dia.
Dikatakan dokter Hastry, semua body parts yang ditemukan itu lalu diambil DNA untuk memastikan memang korban Sriwijaya Air SJ-182.
Makanya, menurut dia, tim harus mengenali celana yang dipakai, jam tangan dan sebagainya.
• Terungkap, Motif Youtuber Rian Siksa 3 Monyet Liar, Demi Popularitas dan Tambah Subscriber
"Teman-teman antemortem harus cerita ke kita tentang detail barang yang dipakai (korban, red)," beber dokter Hastry.
SIMAK SELENGKAPNYA DISINI
Tangani Berbagai Kasus
Jam terbang dokter Hastri sebagai ahli forensik tak perlu diragukan. Ia kerap menangani sejumlah kasus besar.
Berbagai kasus besar pernah ditangani sejak Hastry masih menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis forensik di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
Kasus-kasus itu antara lain Bom Bali I (2002), bom Hotel JW Marriott (2003), bom di Kedutaan Besar Australia, bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), Bom Bali II (2005), serta kecelakaan pesawat Sukhoi (2012).