Sisi Lain Metropolitan

Budidaya Maggot untuk Pakan Ikan Lele, Warga Tanjung Barat Berbagi Inspirasi ke Kelurahan Ciganjur

Langkah warga Tanjung Barat dalam memulai budidaya maggot untuk pakan ikan lele menjadi inspirasi bagi kelurahan Ciganjur untuk mencontohnya.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Warga Tanjung Barat sekaligus rekan Heriyanda, Andri, sedang mempresentasikan budidaya maggot, si kecil pengurai sampah organik, kepada pihak Kelurahan Ciganjur di Kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakara.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Langkah warga Tanjung Barat dalam memulai budidaya maggot untuk pakan ikan lele menjadi Inspirasi bagi kelurahan Ciganjur untuk mencontohnya.

Pihak Kelurahan Ciganjur menyambangi pekarangan rumah milik Heriyandi di Kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, untuk melihat langsung peternakan lele dan maggot.

Menurut Kepala Seksi Ekonomi Pembangunan Kelurahan Ciganjur, Sri Wulandari, budidaya maggot ini akan diterapkan di wilayahnya nanti.

"Kita dari Ciganjur memang ke sini untuk melihat dan belajar. Nanti akan jadi pilot project di Ciganjur dalam skala kecil ya," ujarnya di lokasi saat meninjau budidaya maggot kepada TribunJakarta.com pada Rabu (3/3/2021).

Wulan akan memelajari bagaimana melakukan pembiakkan dari larva, maggot hingga menjadi lalat.

Semua fase dari siklus maggot bermanfaat lantaran bisa dipakai untuk pakan ikan lele.

Baca juga: Viral Pamer Mobil Dinas Berpelat TNI Palsu, Wanita Ini Diamankan POM TNI

Baca juga: Sejarah Perusahaan Bir PT Delta Djakarta, Ada Sejak Zaman Belanda Diambil-alih Ali Sadikin

Baca juga: Sejarah Perusahaan Bir PT Delta Djakarta, Ada Sejak Zaman Belanda Diambil-alih Ali Sadikin

Selain itu, yang terpenting, budidaya ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran warga memilah sampah organik.

Pasalnya, volume sampah organik di wilayah Ciganjur terbilang banyak. Pihaknya juga mengaku kebingungan untuk membuang sampah rumah tangga dari lingkup RT dan RW saking tingginya.

Budidaya maggot ini diyakini bisa menjadi terobosan nantinya dalam pemecahan masalah sampah.

"Bagaimana kita bisa mengurangi banyaknya sampah. Bantar Gerbang enggak lagi menerima sampah dari Jakarta. Makanya ini pemda dalam hal ini kelurahan coba untuk menguraikan sampah rumah tangga yang organik maupun anorganik," jelasnya.

Manfaat maggot untuk pakan

Maggot tak hanya berguna sebagai pengurai sampah organik, black soldier fly atau BSF ini juga menjadi alternatif pakan ikan.

Warga Tanjung Barat, Heriyanda, misalnya, belakangan ini mulai mengincar maggot untuk ternak lele yang baru dirintisnya.

Ternak maggot pun lebih bernilai ekonomis lantaran bisa dikembangbiakkan sendiri.

Di belakang pekarangan rumah Heriyanda yang berdekatan dengan bantaran Sungai Ciliwung, terdapat lima kolam berisikan sekitar 4.500 ikan lele

Di bagian atas salah satu kolam lele itu dipasang sebuah kandang waring berisikan lalat-lalat tentara hitam. Lalat hitam itu akan dikembangbiakkan menjadi ulat maggot.

Warga Tanjung Barat sekaligus rekan Heriyanda, Andri, sedang mempresentasikan budidaya maggot, si kecil pengurai sampah organik, kepada pihak Kelurahan Ciganjur di Kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021).
Warga Tanjung Barat sekaligus rekan Heriyanda, Andri, sedang mempresentasikan budidaya maggot, si kecil pengurai sampah organik, kepada pihak Kelurahan Ciganjur di Kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Heriyanda menjelaskan ia meletakkan sejumlah kayu kaso yang disusun berjarak di bagian bawah kandang. 

Tujuannya, agar para lalat hitam yang kawin akan menyimpan telurnya di antara celah-celah kayu kaso itu.

Setelah lalat-lalat hitam kawin, mereka dalam hitungan hari akan mati. Lalat hitam ini juga tak makan. 

Heriyanda hanya menyiramkan air untuk menjaga kelembapan di dalam kandang.

Setiap dua hari sekali, Heriyanda mengecek kayu kaso itu. Pengecekan telur dilakukan saat lalat beristirahat di malam hari. Bila dilakukan siang hari, lalat-lalat itu bisa terbang keluar. 

"Panennya selama dua hari sekali. Telurnya yang kita panen ini bisa menghasilkan 5 gram sampai 10 gram per 2 hari," jelasnya kepada TribunJakarta.com di pekarangan rumahnya di kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021).

Baca juga: Waspada! Kenali Gejala Virus Corona pada Anak dan Remaja, Orangtua Harus Tahu

Telur larva yang sudah diambil kemudian dipindahkan ke dalam biopond, sebuah bak untuk pembesaran larva maggot.

Di dalam biopond, Heriyanda mengisinya dengan sampah organik bisa berupa ampas tahu, dedak atau sampah makanan. Telur larva itu lalu diletakkan di atas tisu dan ditempatkan di tengah-tengah biopond.

"Setelah menetas, baby ulat maggot secara bergerombol akan mengurai sampah organik di sekitar biopond. Dari baby maggot akan berubah menjadi fresh maggot," jelasnya.

Setelah 10 hari pasca menetas menjadi baby maggot, ulat maggot akan berubah menjadi fresh maggot. Fresh maggot ini sudah bisa digunakan sebagai pakan ikan lele

"Fresh maggot ini menjadi pakan alternatif untuk ternak lele ataupun pakan unggas lain seperti ayam dan bebek," lanjutnya.

Andri, salah satu rekan Heriyanda menjelaskan tidak semua maggot untuk pakan lele semata. Sebagian fresh maggot dipisahkan untuk dikembangbiakkan kembali menjadi lalat hitam.

Baca juga: Operasi Tertib Masker Masih Gencar, Puluhan Pelanggar Terjaring di Koja Jakarta Utara

Sebagian fresh maggot itu akan dipindahkan ke biopon lainnya setelah mengurai sampah organik selama 7 hari. Maggot ini telah kemudian memasuki fase pre-pupa lalu menjadi pupa. Prepupa akan mengering dan mulai menghitam. 

"Setelah itu dia akan mati suri akan menjadi pre pupa. Pre pupa sudah tidak makan lagi seperti maggot. Ini lah cikal bakal menjadi lalat hitam," jelasnya.

Andri menambahkan siklus fase dari larva menjadi lalat hitam berlangsung sekitar 30 sampai 40 hari saja.

Berawal rasa jenuh

Inisiatif beternak ulat maggot terbersit sekitar 3 bulan yang lalu. Pria yang bekerja sebagai ojek online itu mengaku sepi orderan di masa pandemi ini.

Karena sepi, ia lebih banyak memilih meluangkan waktu dengan memancing di belakang rumah. Heriyanda lalu terbesit ide untuk membuat kolam ikan sendiri.

"Daripada saya mancing doang di belakang kali makanya saya membuat ini," terangnya.

Warga Tanjung Barat sekaligus rekan Heriyanda, Andri, sedang mempresentasikan budidaya maggot, si kecil pengurai sampah organik, kepada pihak Kelurahan Ciganjur di Kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021).
Warga Tanjung Barat sekaligus rekan Heriyanda, Andri, sedang mempresentasikan budidaya maggot, si kecil pengurai sampah organik, kepada pihak Kelurahan Ciganjur di Kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Ketua RT 011 RW 005 Lebaksari itu juga tergabung ke dalam komunitas petani lele di media sosial. Ia pun membeli sekitar 2.000 ekor lele dengan ukuran 7-8 sentimeter. 

Untuk meminimalisir biaya pakan lele, Heriyandi sempat berselancar di media sosial terkait pakan pengganti pelet.

Ternyata, pembudidayaan ulat maggot sebagai pakan alternatif ikan lele sedang "booming". Ia pun memesan sebanyak 10 gram telur larva untuk dikembangbiakkan sendiri.

Heriyanda mengatakan sebenarnya segala fase ulat maggot bisa dimanfaatkan sebagai pakan. Semuanya disukai oleh ikan lele.

"Binatang ini unik. Bangkai lalatnya dan cangkangnya pun bisa dimakan sama ikan lele," ujarnya.

Baca juga: Jhoni Allen Serukan KLB Demokrat, Ferdinand Hutahaean Tertarik Ikut Nyalon Tapi Ungkap Kendalanya

Barter sampah dengan ikan lele

Ia mengajak warga sekitar menyetorkan sampah organik untuk ditukarkan dengan ikan lele hasil ternaknya. 

Sekitar tiga bulan ini, Heriyanda beternak ikan lele dengan umpan ulat maggot. Bila nanti panen, ia akan menawarkannya kepada warga.

Namun, tawaran itu berupa barter dengan sampah sisa-sisa makanan. Sebanyak 1 kg sampah organik bisa ditukarkan dengan 1 kg ikan lele.

"Nanti warga setor sampah ke sini dengan sistem tabungan. Kalau timbangannya sudah sekilo bisa ditukarkan dengan lele," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (3/3/2021).

Meski belum panen, sebagian warga sudah banyak yang menyerahkan sampah organik kepada Heriyanda. Ia mencontohkan tukang buah gerobak mengaku terbantu dengan adanya budidaya maggot.

Baca juga: Dinas Kesehatan: 45 Ribu Lansia di Jakarta Sudah Disuntik Vaksin Covid-19

Baca juga: Viral Pamer Mobil Dinas Berpelat TNI Palsu, Wanita Ini Diamankan POM TNI

Sebab, sisa-sisa buah yang biasanya dibuang bisa dimanfaatkan untuk pakan ulat maggot.

Saat ini, akunya, sosialisasi masih minim. Ia bersama tim akan menggencarkan sosialisasi kepada warga sekitar agar sadar untuk menyerahkan sampah sisa-sisa makanan kepadanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved