Sisi Lain Metropolitan
Cerita Anak Pinggir Rel Kereta Manggarai, Hidup Keterbatasan: Ponsel Dijual, 2 Bulan Tak Sekolah
Warga pinggir rel kereta Manggarai - Bekasi hidup penuh keterbatasan. Pendidikan pun terabaikan ketika urusan perut belum terpenuhi.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Candaan mereka sesekali ditemani suara deru kereta rel listrik yang melintas di jalur rel baru double-double track (ddt).

Menikmati senja tak harus dengan pemandangan indah nan menawan.
Bagi keluarga Waluyo, menikmati senja di pinggir rel kereta merupakan sebuah hiburan gratis.
Mereka bisa melihat senja terbenam sembari menyaksikan kereta melintas ditemani suara bising pembangunan.
Sa'anih bercerita bahwa keluarga mereka merupakan perantau dari Boyolali, Jawa Tengah.
Seingat Sa'anih, mereka mengadu nasib ke Jakarta saat Putra, anak sulungnya baru berusia 40 hari.
Mereka sempat tinggal lama di kawasan Jakarta Barat. Di sana, Waluyo, suaminya, pernah berdagang nasi goreng.
Sekitar tahun 2018, mereka baru pindah ke kawasan Manggarai untuk mencari pekerjaan baru.
Baca juga: Atta Lamar Aurel Bersamaan dengan Vicky Prasetyo Nikahi Kalina, Intip Seserahan, Siapa Paling Mewah?
Di Manggarai, Waluyo bekerja sebagai kuli serabutan. Penghasilannya pun pas-pasan.
Ketika ada proyek pembangunan jalur ddt, keluarga Waluyo terkena gusuran. Tak ada tempat tinggal, mereka kemudian pindah tak jauh dari lahan bekas gusuran.
Waluyo ditawari warga tinggal di bedeng reot yang terletak di pinggir rel.
"Sudah lima bulan ini kita tinggal di pinggir rel," ujar Sa'anih.
Tanpa Listrik
Hidup Sa'anih dan Waluyo serba pas-pasan. Mereka hidup di rumah seadanya tanpa listrik.
Baca juga: Momen Pertemuan Maia Estianty dengan Ahmad Dhani dan Mulan Jameela: Sempat Foto Bareng Mantan
"Di sini enggak ada lampu, di rumah pakai lillin," ujarnya.