Sisi Lain Metropolitan
Cerita Anak Pinggir Rel Kereta Manggarai, Hidup Keterbatasan: Ponsel Dijual, 2 Bulan Tak Sekolah
Warga pinggir rel kereta Manggarai - Bekasi hidup penuh keterbatasan. Pendidikan pun terabaikan ketika urusan perut belum terpenuhi.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Waluyo (41) merupakan salah satu warga yang hidup di pinggir jalur rel lama kereta Manggarai - Bekasi.
Bersama istrinya, Sa'anih dan keempat anaknya, Putra (11), Ahmad (5), Dana (4) dan Galih (2), mereka tinggal di bedeng pinggir rel.
Bedengnya terletak di tengah semak belukar.
Baca juga: Melihat Potret Hidup Pinggiran Rel Kereta Manggarai: Tidur Berdinding Plastik hingga Tanpa Listrik
Selama tinggal di pinggir rel, mara bahaya pernah menghampiri keluarganya. Beruntung, kejadian itu tak sampai ajal menjemput.
Kejadian itu berawal dari sang anak, Dana (5) yang pernah mengalami kecelakaan saat berada di dekat jalur rel lama.
Kepalanya sempat terbentur bemper kereta saat hendak berhenti dari arah Bekasi menuju Manggarai di dekat bedengnya.
"Iya ini dulu anak saya pernah kena bempernya. Kepalanya," cerita Sa'anih.
Akibatnya, kepala Dana memar. Sa'anih dan Waluyo bersyukur anaknya selamat dari mara bahaya itu.
Sa'anih bercerita kejadian awalnya tiada yang tahu.
Tahu-tahu, Dana sudah meringis kesakitan.
"Enggak tahu, dia lagi ngikutin bapaknya, bapaknya udah turun dari rel, anaknya belum. Bapaknya itu juga enggak tahu diikuti Dana," pungkasnya.
Ini Kisah Waluyo, warga pinggir rel Manggarai
Saat sore hari, Sa'anih (34), bersama keempat anaknya duduk beralaskan kasur di pinggir bekas jalur rel kereta api lama Manggarai - Bekasi.
Putra (11), Ahmad (5), Dana (4) dan Galih (2) terlihat asyik mengerubungi ibunya di atas kasur empuk di tengah hamparan bebatuan kerikil.
Beberapa kali anak-anak kecil itu saling bersenda gurau kadang diselingi rengekan akibat pertengkaran kecil.